I L U N G A 09

244 35 17
                                    

Happy Reading!

***

Dirga memegang bahu Kinan yang jalan di sebelahnya karena tidak memperhatikan jalan. Perempuan itu terlalu sibuk dengan ponselnya membuat lelaki yang berjalan di sebelahnya harus siap siaga menjaganya supaya tidak meleng.

Hari ini Kinan merasa senang sekali. Dirinya sudah baikan dan tidak ada yang salah dengan tubuhnya. Ia sudah bisa masuk perkuliahan seperti biasanya setelah beberapa hari ijin tidak masuk karena sakit. Bahkan saking senangnya, perempuan itu harus membalas satu persatu pesan yang masuk di ponselnya yang menanyai keberadaan dan kondisi perempuan itu tanpa memperhatikan jalannya.

Ia tambah senang lagi karena ada Dirga di sisinya. Ya, Kinan selalu senang jika berada di dekat Dirga. Ia akan dengan senang hati mengikuti lelaki itu kemanapun ia pergi. Tidak segan-segan Kinan akan menjadi benalu- ah bukan, melainkan bunga anggrek yang akan menempel selalu pada inangnya. Bahkan, Dirga sendiri juga yang mengatakan bahwa Kinan boleh terus ada di dekatnya, mengikutinya, dan bersamanya.

Ya, Kinan harus tetap ada di sekitar Dirga, karena menurutnya perempuan itu ceroboh dan butuh perhatian ekstra. Seperti sekarang, jika Dirga tidak segera menarik Kinan ke dekatnya dan meluruskan langkah perempuan itu yang meleng, bisa saja Kinan masuk parit yang berada di pinggiran koridor kampus.

"Nggak bisa mainan HPnya nanti aja, Ki?"

Kinan tidak bersuara. Perempuan itu menjawab dengan gelengan kepala, masih sibuk menekan layar ponselnya dengan asyik. Sedangkan Dirga yang berjalan di sebelahnya hanya menggelengkan kepalanya.

Dirga menarik lengan Kinan cukup keras karena perempuan itu hampir saja jatuh ke selokan di sekitar teras kampus. Jika Dirga tidak cekatan menahan Kinan, enatah bagaimana nasib perempuan itu.

"Sini HP-nya aku yang simpan." Dirga langsung merebut ponsel Kinan dan menyimpannya dalam saku jaket. Ia kemudian berajalan beberapa langkah mendahului Kinan yang sekarang sedang mencebikkan bibirnya tidak terima karena ponselnya dirampas.

"Ih, Dirga. Aku tadi masih chat-an sama temen-temen sekelas! Balikin dong!"

"Kamu jalannya meleng terus kalau sambil mainan HP, Ki. Udah kita jalan dulu yang bener. Nanti kalau udah sampai Perpustakaan, aku kasih HP kamu lagi."

Meskipun Kinan tidak setuju, tetapi perempuan itu tetap menurut dan berjalan bersisihan dengan Dirga. Bahkan tangan perempuan itu tidak segan menggandeng sebelah lengan Dirga.

"Kita gandengan aja biar aku bisa satu tujuan sama kamu. Iya, nggak?"

Dari kejauhan, Lala tidak sengaja melihat interaksi Dirga dan perempuan yang tidak ia kenal. Dari pandangannya, mereka cukup dekat jika hanya dikatakan sebagai seorang teman. Mungkin saja perempuan yang menggandeng lengan Dirga itu adalah pacarnya. Siapa yang akan beranggapan bahwa Dirga masih sendiri setelah cukup lama lelaki itu memutuskannya? Lagipula di kampus ini tentu saja banyak yang menyukai lelaki itu. Memiliki wajah tampan, tubuh tinggi tegap, bahkan sekali kedip pun Lala yakin akan ada lebih dari 3 orang mahasiswi di sini yang menaksir Dirga.

"La?" Mahesa yang berdiri di sebelahnya menyentuh pelan tengan Lala yang tanpa perempuan sadari telah mengepal.

"Eh, iya?" Lala langsung menolehkan kepala dan tersenyum kecil.

"Yuk, saya laper." Tangan Mahesa menggenggam telapak tangan perempuan itu dan menggandengnya sepanjang koridor menuju Kantin.

Langkah demi langkah, Dirga dan Lala semakin dekat. Lelaki itu masih belum menyadari keberadaannya, tapi Lala tidak bisa berhenti melihat ke arah Dirga yang sedang asyik berbincang dengan perempuan di sebelahnya. Seberapa keras perempuan itu menyangkal, nyatanya sang pemilik hatinya masih sama. Ia tidak bisa mengelak jika hatinya masih berdebar setiap kali melihat senyuman itu. Senyuman yang meski bukan untuknya.

ILUNGA √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang