I L U N G A 30

100 14 0
                                    

Here you are~ Ku persembahkan~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Here you are~ Ku persembahkan~

Dari dulu aku pengen banget nulis bab ini. Finally, I make it! Siap-siap penumpang kapal, karena akan ada guncangan yang hebat, wkwkwk

Happy Reading!

***

Setelah Dirga pergi untuk meredakan kembali emosinya, Dirga kembali ke apartemen yang di tempati Kinan. Keadaan di dalamnya masih sama seperti tadi. Hanya saja ia tidak dapat menemukan keberadaan Kinan dan barang-barangnya di dalam sana. Ia pikir perempuan itu sudah meninggalkan apartemen ini lebih dulu dan berharap dia kembali ke tempat asalnya.

Ia sudah tidak perlu mengkhawatirkan Kinan. Nyatanya perempuan itu jauh di luar dugaan Dirga. Kinan sudah pasti bisa mengurus dirinya lebih baik daripada sebelumnya, karena selama ini yang Dirga tahu dari Kinan hanyalah topeng.

Sekarang tujuan Dirga hanyalah Lala. Dalam pikirannya dan hatinya selaras untuk segera menemui perempuan itu. Dirga ingin semuanya lekas selesai, hubungannya yang sampai saat ini masih membekas.

Suasana malam di Ibukota cukup dingin sampai akhirnya dari langit memuntahkan tetesan-tetesan air ke bumi. Tetes demi tetes yang semula hanya rintik, kian bertambah curahnya menjadi hujan yang cukup deras. Dirga yang menaiki motor tetap memilih untuk membelah jalanan dan mengabaikan kondisinya yang kehujanan.

Ia tidak peduli tubuhnya yang menggigil karena kedinginan. Ketika motornya tepat berhenti pada seberang jalan rumah Lala, Dirga termenung di tempat. Tiba-tiba saja hatinya goyah untuk menemui perempuan itu. Ia mulai merasakan tidak pantas untuk mengganggu hidup Lala lagi. Dirga benar-benar malu.

Dirga menatap pada pintu balkon lantai dua yang terbuka dengan lampu yang terang menyala di tengah hujan deras di luar. Sepertinya perempuan itu lupa menutup pintu sampai bisa membuat bulir-bulir hujan masuk. Harusnya Dirga bisa mengingatkan Lala, supaya udara dingin tidak bisa masuk ke dalam kamar. Harusnya Dirga lebih bisa menjaga perempuan itu. Ya, harusnya Dirga bisa. Tetapi apa boleh buat jika omongannya sebagai lelaki pun sudah ia langgar.

Dari arah pintu balkon, tiba-tiba Lala keluar. Sepertinya perempuan itu sedang mengecek sesuatu. Kepalanya celinguk ke kanan dan ke kiri seperti mencari sesuatu sampai akhirnya mata mereka bertemu. Bisa Dirga lihat, bola mata Lala membulat sempurna seperti tidak percaya bahwa memang Dirga yang dilihatnya saat ini sedang dengan bodohnya berdiri di tengah-tengah hujan lebat.

Dan dari balik helm full facenya, Dirga hanya tersenyum bodoh.

***

Lala baru saja selesai mandi dan membuat segelas energen yang hangat guna menemaninya menyelesaikan tugas kuliah di kamar. Baru saja ia akan meletakkan gelas energen hangat pada meja belajar, ia merasakan hawa dingin menelusup masuk ke celah-celah yang membuat bulu lehernya meremang.

ILUNGA √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang