Budayakan: FOLLOW DAHULU SEBELUM MEMBACA
[Sequel BESIDE ME]
Katanya kalau sudah hancur, masih bisa diperbaiki. By the way, ini hati, bukan perabotan yang masih bisa diakali untuk bisa utuh kembali.
Katanya kalau terlambat, masih bisa diulang lagi. B...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Song Playlist - Beautiful (NCT)
*
Halo kalian... Apa kabarnya hari ini? Semoga kalian sehat selalu, bahagia selalu, ya~ Semoga kalian di kelilingi sama orang-orang yang sayang sama kelian. Entah dimanapun kalian berada, kalian selalu jadi bintang untuk semesta yang gelap, kan.
Buat kalian yang lagi di keadaan yang lagi nggak baik-baik aja, semoga cerita-cerita aku bisa jadi penghibur kalian, biar pun cuma 0,0000001% aku tetep ngerasa itu lebih baik^^
Thank you buat kalian, buat support kalian selama ini. Ayaflu banyak-banyak pokoknya^^
Happy Reading!
*
Satu piring nasi goreng benar-benar tidak terasa di dalam perut Lala. Bayangan ayam suir, telur dadarnya, butiran nasi yang kaya akan bumbu hanya menyisakan rasa hambar sampai pada akhirnya Lala tidak bisa menghabiskannya.
"La, lo hutang penjelasan sama gue." Meta berbisik dengan nada penuh dengan tekanan.
Mereka sudah menyelasaikan acara makan siang dengan penuh ketegangan. Mahesa bangkit lebih dulu sambil mengecek jam di pergelangan tangannya.
"Saya balik dulu. Untuk makanannya biar saya yang bayar."
"Eh anu, nggak usah, Kak!" Lala tidak enak hati jika Mahesa yang pada akhirnya membayari semua makanan ini.
"Gue bisa bayar sendiri." Dirga ikut berdiri dan memutuskan. Ia berjalan lebih dulu menuju penjual nasi goreng sambil menyerahkan selembar uang bewarna merah.
"Saya juga nggak niat bayarin kamu, kok."
"Jadi ini bayarnya gimana, Mas? Sendiri-sendiri?" Mas penjual nasi goreng itu tampak kebingungan ketika menerima dua lembar uang seratus ribuan.
"Saya yang bayarin," sahut Dirga.
Lala segera menarik keluar Meta dari warung dan membiarkan kedua lelaki itu menyelesaikan urusan mereka di dalam sana.
"Bentar, deh, La. Sejak kapan lo deket sama..." Meta menggantungkan ucapannya untuk mengingat-ingat sosok Mahesa yang sebelumnya pernah ia lihat di suatu tempat, tetapi ia lupa dan tidak yakin. "Gue familiar sama cowok itu, tapi siapa, gue lupa, ya."
"Udah, Met. Nggak ada gunanya juga lo inget-inget, kok. Nanti gue bakal ceritain semuanya ke lo."
"Nggak, nggak. Ini penting, La. Ini menyangkut asmara sahabat gue. Bentar, kasih gue waktu buat inget-inget."
Tidak beberapa lama kemudian, Mahesa keluar dari warung diikuti Dirga di belakangnya yang sudah memasang wajah masam. Bisa Lala tebak, perdebatan di dalam tadi tentang siapa yang akan membayar telah dimenangkan oleh Mahesa.