Budayakan: FOLLOW DAHULU SEBELUM MEMBACA
[Sequel BESIDE ME]
Katanya kalau sudah hancur, masih bisa diperbaiki. By the way, ini hati, bukan perabotan yang masih bisa diakali untuk bisa utuh kembali.
Katanya kalau terlambat, masih bisa diulang lagi. B...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Happy Reading~
*
Lala mengikat rambut pendeknya dengan cepolan asal karena kegerahan. Beberapa menit yang lalu ia dan rombongan studi banding baru sampai asrama dan sekarang adalah waktunya istirahat serta menyiapkan keperluan untuk besok ketika mereka memulai aktivitas yang sebenarnya. Tubuh Lala rasanya sungguh letih, apalagi tenggorokannya rasanya kering sekali. Ia membutuhkan sesuatu yang menyegarkan untuk mendapatkan kekuatannya kembali.
"Mau kemana lo, La?" Tanya Meta, sahabat sekaligus teman sekamarnya saat ini.
Satu kamar berisi 4 orang, dirinya Meta, Lia dan Rena. Sedangkan dua temannya yang lain sudah lebih dulu terlelap di kasur tanpa berniat berbenah lebih dulu meninggalkan Meta dan Lala yang harus sedikit membereskan bawaan mereka untuk mendapat ruang di kamar ini.
"Mau keluar gue. Gerah banget di sini. Butuh yang seger-seger."
"Nitip, dong. Gue tadi liat abang-abang jualan es buah rumput laut depan asrama. Kelihatannya enak banget, terus seger."
Lala hanya memutar bola matanya malas sambil mengambil dompet dan HPnya sebelum keluar dari kamar asrama.
Kota Surabaya tidak kalah panas dengan ibu kota. Sudah panas, tidak ada angin yang berembus pula. Memang paling enak dan nikmat minum sesuatu yang segar di saat yang seperti ini. Untuk itu Lala menyebrang jalanan demi sampai ke gerobak es buah yang Meta maksudkan.
Di seberang jalan ini ada berbagai jenis pedagang kaki lima yang menjual aneka macam jajanan, makanan dan minuman khas kota Surabaya. Tanpa banyak menunda lagi, Lala segera mengantre dan memesan empat bungkus es buah rumput laut untuknya dan ketiga teman sekamarnya.
"Panas banget ya, mbak?" tanya si Bapak pedagang basa-basi sambil tangannya cekatan meracik setiap pesanan. Nampaknya bapak itu menangkap gerak-geriknya yang berkali-kali mengibaskan tangan di wajah untuk menciptakan sedikit angin.
Lala menjawab sambil tersenyum, "Iya ni, Pak. Surabaya selalu panas gini, ya?"
"Mbak wong baru ya nang kene?"
Alis Lala terangkat menanggapi pertanyaan si Bapak. Dengan kikuk ia hanya menganggukkan kepalanya karena gelagatnya yang masih asing dengan kota ini. Sembari menunggu, ia mengotak-atik ponselnya dengan menscroll down beranda Instagram juga membalas beberapa chat yang masuk.
*
Kelas Dirga selesai lebih awal. Ia berencana mampir ke rumah Kinan untuk mengecek keadaan gadis tersebut. Sejak kemarin kondisinya masih belum pulih sepenuhnya. Dalam keadaan tertentu demamnya akan turun, tetapi jika sudah semakin siang maka akan kembali naik dan mengeluhkan pusing di kepala.
Dirga sudah menyarankan untuk periksa ke dokter, tetapi perempuan itu menolak. Katanya ia takut jika sakit yang dialaminya bukan murni karena ia sakit, melainkan ada hal lainnya. Lelaki itu tidak mempermasalahkan jika nantinya hasil periksa Kinan menyatakan bahwa perempuan itu hamil, meskipun perempuan itu sama sekali tidak menunjukkan gejala hamil pada umumnya seperti mual-mutah. Sejauh ini hanya demam dan pusing saja membuat Dirga yakin bahwa perempuan itu memang sedang sakit.