Budayakan: FOLLOW DAHULU SEBELUM MEMBACA
[Sequel BESIDE ME]
Katanya kalau sudah hancur, masih bisa diperbaiki. By the way, ini hati, bukan perabotan yang masih bisa diakali untuk bisa utuh kembali.
Katanya kalau terlambat, masih bisa diulang lagi. B...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ku kira hampir akan selesai. Pada akhirnya aku mengira akan menemukanmu di penghujung penantianku." - Dirga
"Karena dinginmu, karena ulahmu, pikirku penuh luka. Berharap pada kekosongan yang pada akhirnya membuatku kembali kecewa. Sulit untuk kembali dengan luka yang sama. Kupikir, lebih baik kita jalan pada jalur masing-masing." - Lala
"Aku tidak tahu jika awalnya ternyata aku sudah jatuh pada sosoknya. Aku menyukai tempat kosong di miliknya yang ditinggalkan. Setelah beberapa hari, pada akhirnya aku mengucapkan, bolehkah aku mengobatinya?." -Mahesa
"Aku tidak tahu ini akan menjadi akhir kisah antara aku dan kau. Besok, lusa, 1 tahun, 2 tahun, penyesalan akan semakin lama semakin menyakitkan."- Dirga
"Sekarang aku berpaling. Terimakasih atas semuanya, kasih, luka dan ceria. Mengingatkan bahwa pernah ada cerita tentang kita." - Lala
"Ku kira aku akan jatuh tanpanya, ternyata aku sedang berjalan di jalur yang sama dengannya." -Mahesa
Happy Reading!
***
Keluarga Lala pada akhirnya bisa bernapas dengan lega. Operasinya berjalan dengan lancar. Kini mereka hanya perlu berdoa semoga Lala lekas membuka mata dan menyapa sanak saudara yang telah mengkhawatirkannya sampai rasanya ikut mati setiap saatnya karena kondisi Lala yang tidak kunjung membuka matanya.
"Lo ikut gue." Aldi berjalan mendekati Dirga yang duduk termangu di depan kamar rawat Lala. Ia menahan untuk tidak meledak dan menunggu pada saat yang tepat untuk mengajak lelaki itu berbicara berdua saja.
Dirga tidak memiliki pilihan lain selain mengikuti Aldi menuju taman rumah sakit. Memilih pojok yang tidak terlalu ramai dan mencolok dari orang-orang.
Satu pukulan melayang tepat pada sisi wajah Dirga sampai membuat lelaki itu terhuyung hendak jatuh ke tanah.
Aldi sudah tidak bisa menahan diri lagi. Setidaknya Dirga layak mendapatkannya setelah semua rasa sakit yang disebabkan lelaki itu kepada sang adik.
Dirga mengusap pojok bibirnya yang terasa asam. Sepertinya akibat dari pukulan tersebut, ujung bibir Dirga telah sobek dan mengeluarkan darah.
"Gue nggak akan basa-basi. Gue mau lo ngejauhin Lala setelah ini. Jangan pernah beraniin diri lo muncul di depannya." Mata Aldi menyalak penuh kemarahan. Urat-urat di wajah dan lehernya mencuat karena menahan diri supaya tidak meledak-ledak. Sudah cukup selama ini ia berlagak tidak tahu apapun, sekali dirinya lengah, hampir saja ia kehilangan Lala dari hidupnya.
"Ma-maaf, gu-e ...,"
Ucapan Dirga terhenti ketika Aldi menyodorkan lembaran kertas juga tangkapan gambar ke arahnya. Dirga menerimanya dan membaca baris demi baris tulisan yang ada di sana.