"Jangan pergi. Aku benci sinar orange senja yang hanya sekejap dan lenyap di telan gelap."
Happy Reading!
Mahesa melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Jam sudah menunjukkan pukul 16.15 WIB. Sudah lebih dari 1 jam ia menunggu kedatangan Lala. Ia masih ber-positive thingking jika perempuan itu masih dalam perjalanan dan sedang terjadi kemacetan. Terlebih mendengar kabar dari Aldi, Kakak Lala, yang mengatakan bahwa perempuan itu sedang ke stasiun lebih dulu membuatnya berasumsi jika perempuan itu masih memiliki urusan lainnya.
Hanya saja yang mengganggu hatinya semenjak tadi adalah perempuan itu sama sekali tidak memberinya kabar. Pun tidak ada balasan atas banyak pesan-pesan yang telah ia kirimkan. Setelah menunggu lama, ternyata ponselnya pun menyerah untuk bertahan lebih lama lagi dan meninggalkan layar yang menggelap.
Banyak menimang, akhirnya Mahesa memutuskan untuk pulang saja karena mungkin Lala sedang ada kepentingan yang tidak bisa perempuan itu atasi saat itu juga. Mahesa membuka payung birunya yang tersimpan di tempat yang telah kafe sediakan di sudut pintu. Hujan masih deras saja sore ini dan semoga cepat reda sehingga mereka yang memiliki urusan segera bisa terselesaikan.
Langkah demi langkah menuju parkiran, tiba-tiba saja ekor matanya menangkap bayangan yang cukup menyita perhatian Mahesa. Mahesa berpikir siapa sejoli yang saling berpelukan di bawah air hujan seperti ini. Karena butiran hujan yang turun begitu deras, ia jadi tidak bisa melihat dengan jelas wajah keduanya. Pun mereka saling berpelukan, alhasil hanya punggung si lelaki yang tertangkap iris matanya.
Baru saja ia akan melangkah menghampiri mereka untuk mengingatkan tidak baik berlama-lama terguyur air hujan seperti ini dan menyarankan untuk berteduh kemudian membicarakan masalah satu sama lain dengan suasana yang hangat di tempat lain, tiba-tba saja ia bisa melihat jelas siluet wajah si perempuan ketika wajahnya tidak lagi tertutupi.
"Lala?" lirih Mahesa setengah tidak percaya dengan penglihatannya.
Dua figur yang menyita perhatiannya berlalu tanpa tahu jika Mahesa sedang memperhatikan mereka. Seulas senyum sendu terbit di bibir Mahesa, kepalanya menunduk sebentar. Seolah mencoba untuk mengaitkan semua untaian benang hari ini. Bermula dari Lala yang tidak datang di waktu perjanjian mereka, Lala yang pergi ke stasiun dan yang terakhir perempuan itu yang tidak bisa dihubungi. Ternyata semuanya terhubung menjadi satu benang merah bahwa perempuan itu sedang menghabiskan waktu bersama Dirga yang baru kembali dari Surabaya.
Sepertinya tanpa perlu bertanya pun meminta jawaban dari Lala, Mahesa sudah bisa menebak apa yang sedang ada dipikiran perempuan itu. Fakta bahwa Mahesa tidak akan pernah bisa mengambil tempat spesial di hati Lala. Fakta bahwa kenangan masa lalu Lala masih sangat berarti pun hingga sekarang. Dan Mahesa hanya orang ketiga diantara hubungan mereka. Mahesa hanya tokoh tambahan di cerita romantis mereka.
***
Lala sama sekali tidak memiliki tenaga untuk kuliah hari ini. Hidungnya sudah memerah, matanya cukup bengkak dan ia pun tidak menolak jika diibaratkan dengan mata panda. Semalam ia tidak mendapatkan tidur nyenyak dan hanya terjaga sepanjang malam dengan kepala pening setelahnya.
"Lo nggak papa, Lak? Lo kalau nggak enak badan, mending skip matkul hari ini, deh."
Lala semakin menenggelamkan kepalanya pada lipatan tangan dengan mata yang terpejam.
"Atau mau ke UKS aja?" Sekali lagi Meta bertanya karena ia mengkhawatirkan kondisi sahabatnya yang sudah sangat mengenaskan.
Ponsel di meja bergetar, membuat Lala yang sudah akan setengah terpejam ke alam mimpi mengangkat kepalanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ILUNGA √
RomanceBudayakan: FOLLOW DAHULU SEBELUM MEMBACA [Sequel BESIDE ME] Katanya kalau sudah hancur, masih bisa diperbaiki. By the way, ini hati, bukan perabotan yang masih bisa diakali untuk bisa utuh kembali. Katanya kalau terlambat, masih bisa diulang lagi. B...