Budayakan: FOLLOW DAHULU SEBELUM MEMBACA
[Sequel BESIDE ME]
Katanya kalau sudah hancur, masih bisa diperbaiki. By the way, ini hati, bukan perabotan yang masih bisa diakali untuk bisa utuh kembali.
Katanya kalau terlambat, masih bisa diulang lagi. B...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku minta vote-nya ya~ Jangan pelit-pelit, ih
Happy Reading!
***
"Lo keren, La. Gila!" ujar Meta dengan takjub.
Sesuai janji temu Lala dan Meta, kini mereka berdua duduk pada sebuah coffeshop berniat mengerjakan tugas bersama, namun berakhir pada Lala yang akhirnya menceritakan kegilaan pertemuannya dengan Dirga. Tidak lupa, setelahnya Lala juga sedikit menceritakan kemajuan hubungannya dengan Mahesa.
"Keren pala lo." Lala memutar bola matanya mencibir. "Yang ada drama tahu, nggak, Ta. Capek gue. Pengen hidup yang biasa-biasa aja. Nggak banyak drama kaya gini."
Meta cekikikan di tempatnya duduk sambil menyeruput Avocado Ice Coffeenya. Lala tidak habis pikir bagaimana perempuan itu menyukai minuman tersebut, yang padahal menurut Lala rasanya sangat aneh. Lala menyukai alpukat dan juga kopi, tapi tidak jika keduanya digabungkan.
"Gini, ya, La. Dari awal cerita, hubungan lo sama Dirga udah nggak beres. Masih ingat awal mula lo sama Dirga jadian?" Tiba-tiba Meta mengingatkan kisah cinta Lala di jaman SMA, dimana akhirnya ia memulai hubungan dengan Dirga.
Lala mengangguk sebagai bentuk atas jawabannya.
"Gimana? Nggak beres, kan? Lo jadian sama dia cuma kerana lo nggak mau rahasia lo kebongkar. Lagian, sekarang gue seneng, sih, lo mulai terbuka sama Kak Mahesa. Jelas, dia unggul dalam segala aspek. Lebih dewasa, itu yang penting. Soal perasaan lo yang mungkin belum terlalu yakin, gue rasa itu cuma soal waktu, deh," jelas panjang lebar Meta bak pakarnya dalam urusan percintaan sampai membuat Lala melongo di tempatnya karena takjub.
"Lo kaya gini, udah kaya yang expert banget, deh. Jangan-jangan di belakang gue lo udah pacaran banyak kali, ya? Ngaku lo!" cecar Lala.
Meta yang hendak menyuapkan kentang gorang ke mulutnya, mengurungkan niat. Kentang gorang itu dilemparkan pada Lala untuk memberi peringatan pada sahabatnya itu agar tidak menciptakan skenario gila dalam pikirannya sendiri.
"Ya kali?! Sama siapa jugaan. Nggak usah ngarang, deh!"
Lala tertawa melihat sekarang giliran Meta yang menampilkan wajah murung. Pasalnya selama ini sahabatnya itu masih setia dengan kesendiriannya. Entah apa yang Meta cari dari seorang lelaki, tetapi setahu Lala tidak ada yang sampai berhasil menjalin hubungan dari deretan lelaki yang pernah dekat dengan Meta.
"Oh, iya, sama Rayan kemarin gimana? Kayanya kalian sempet deket, kan, pas di Surabaya?"
Meta membuang napas dengan lelah. "Deket definisi lo sampai ngiranya gue sama Rayan ada sesuatu itu, deket yang kaya gimana, sih, La?"
Lala menaikkan kedua bahunya. "Ya, lo nggak pernah cerita apa-apa juga. Jadi gua nggak tahu."
"Nah, itu! Karena nggak ada apa-apa. Kita cuma deket yaa, as temen doang. Nggak usah berharap lebih juga sama kisah percintaan gue, deh." Meta mengakhirinya sambil tersenyum satu garis.