Happy Reading!
"Are you miss me too? Are we? Or it is just me feeling lost?"
---
"Sendirian?"
Lala yang semula sedang sibuk mengetik laporan di laptop, tiba-tiba mengalihkan fokusnya pada sosok yang sekarang duduk di depannya. Lala tidak lagi terkejut atau menghindar. Ia sebisa mungkin membiasakan diri dengan Dirga yang terlihat bersusah payah mengakrabkan diri dengannya. Begitu pula dengan dirinya yang mencoba untuk membiasakan diri dengan sosok Dirga di dekatnya.
Lala menarik senyum simpul dan menganggukkan kepalanya.
"Boleh gue duduk sini?"
"Lo udah duduk, omong-omong."
Tentu saja Dirga sedang berbasa-basi untuk mengajak Lala mengobrol. Ia tidak sengaja melihat perempuan itu duduk seorang diri di perpustakaan kampus ketika dirinya sedang mencari jurnal referensi untuk mengerjakan skripsinya. Tujuannya ke perpustakaan yang semula hanya singgah sebentar, ternyata membawanya pada sosok kenangan lama yang pernah singgah cukup lama.
"Ngerjain apa, La?"
"Lagi revisi laporan, sih."
"Meta mana?"
"Dia mah mana mau ngerjain di perpustakaan begini. Dia udah nangkring duluan di kafe sama yang lain, kali."
"Lo nggak ikut?"
Lala mengalihkan pandangannya sebentar dari huruf-huruf yang ada di word menjadi ke wajah Dirga. Sebelah alisnya naik seolah menggambarkan keseriusan dengan pertanyaan yang lelaki itu lontarkan barusan.
Sambil menarik senyumnya, Lala menjawab, "Kalau gue ikut Meta, kita nggak akan ketemu di sini, kali. Lagian kalau di kafe, gue kurang bisa konsentrasi sama materinya."
Ekspresi itu. Dirga sangat menyukainya. Ia suka ketika Lala mulai menatapnya dengan satu alis dinaikkan dan senyum segarisnya. Pesona Lala barusan benar-benar memikat Dirga ratusan kali untuk jatuh pada pesona perempuan itu. Rambutnya yang pendek dan tatapan matanya yang tajam berani sudah merubah Lala menjadi pribadi perempuan yang penuh dengan kepercayaan diri.
"Ya, lo bener."
Lala kembali fokus dengan laptopnya dan Dirga membiarkan begitu saja obrolannya terputus. Sekarang dirinya harus mulai mengerjakan bab-bab skripsinya yang tertinggal jauh. Satu persatu laptop dan lembar materinya ia keluarkan. Saling sibuk masing-masing dengan dunia mereka sendiri. Tetapi baik Dirga maupun Lala sama sekali tidak merasakan kesepian dan kesendirian. Sesekali diantara mereka saling melirik, tersenyum sebentar, dan kembali fokus pada pekerjaan masing-masing.
Sampai pada akhirnya Dirga merasakan matanya begitu berat. Mungkin dikarenakan pagi ini ia belum mengkonsumsi kafein sama sekali. Apalagi semalam ia tidur hanya beberapa jam setelah memastikan Kinan pulang dengan selamat sampai kosan perempuan itu. Bahkan sampai pagi dirinya harus memastikan Kinan sudah tertidur dengan bediri cukup lama sambil memperhatikan lampu kamar perempuan itu yang padam dari jalanan.
Seberapa kuat dirinya menahan kantuk, nyatanya kegelapan perlahan-lahan menelannya. Ia tertidur dengan kepala miring ke samping. Lala yang duduk di depan lelaki itu menyadari jika Dirga pada akhirnya akan tertidur. Memang buku dan lelaki itu tidak pernah menemukan kecocokan. Selalu saja pada akhirnya Dirga yang tertidur.
Lala yang duduk di depan Dirga, perlahan memindahkan buku yang ada di depannya dan menggeser letak laptop tanpa menimbulkan suara. Sebisa mungkin ia tidak menghasilkan suara-suara yang bisa mengusik lelaki itu dari mimpi indahnya. Menyunggingkan senyuman tipis melihat wajah damai yang dimiliki mantan kekasihnya itu. Dalam sekali lihat, wajah yang dimiliki Dirga sudah mampu memikat setiap wanita yang ada di sekitarnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ILUNGA √
Lãng mạnBudayakan: FOLLOW DAHULU SEBELUM MEMBACA [Sequel BESIDE ME] Katanya kalau sudah hancur, masih bisa diperbaiki. By the way, ini hati, bukan perabotan yang masih bisa diakali untuk bisa utuh kembali. Katanya kalau terlambat, masih bisa diulang lagi. B...