I L U N G A 12

213 27 7
                                    

Happy Reading~

"Lo mau apa, La?" tanya Meta ketika mereka sudah berada di depan kasir caffe hendak memesan. Saat ini mereka berencana menyelesaikan jurnal harian mereka yang sempat tertunda karena sebentar lagi tugas mereka di sini sudah hampir selesai dan harus segera kembali ke Jakarta untuk melanjutkan kuliah mereka.

"Mmm, vanilla latte sama waffle deh."

"Oke, saya Ice Matcha sama French fries ya, Kak."

Setelah memesan dan membawa nampan berisi minuman juga makanan, mereka bergegas mencari tempat duduk yang kosong. Tapi setelah dilihat-lihat  sudah banyak di tempati atau pun jika masih, tempat yang kosong tidak memiliki stop kontak untuk Lala mencharger ponselnya yang sudah mati dan butuh isi daya.

"Lala, Meta!"

Mereka terkejut ketika melihat Rayan memanggil dan melambaikan tangannya memberikan isyarat untuk bergabung. Lala sudah hendak melangkah tapi Meta hentikan gerakan perempuan itu.

"Lo gila? Nggak. Jangan."

"Kenapa emangnya?"

Mata Meta memicing ke arah Lala, "Lo nggak lihat ada Dirga di sana? Gue tahu, ya, insiden di kafetaria kemarin. Lo mau tiba-tiba ceweknya nyamper trus lo disiram lagi?"

Lala tersenyum simpul. Ia juga ingin mengantisipasi hal tersebut. Tetapi setelah waktu yeng dirinya dan Dirga habiskan kemarin, hal tersebut bukan sebuah ketakutan untuknya.

"Udahlah, yuk. Tangan gue pegel nih."

Lala berjalan lebih dulu ke meja yang di tempati Rayan dan Dirga. Mereka saling menyapa, berbeda dengan Meta yang sedari tadi menatap tajam ke arah Dirga. Lala memang belum memberitahu sahabatnya itu mengenai dirinya yang kemarin bertemu dengan Dirga. 

"Lo nggak bawa cewek lo ke sini, kan, Ga?" tanya Meta kepada Dirga yang duduk di hadapan Rayan.

Mereka saat ini menempati meja dengan 4 kursi pada dua sisinya. Lala yang duduk di sebelah Dirga dan Meta yang disebelah Rayan.

Ditanyai oleh Meta, Dirga hanya menggelengkan kepala sambil menundukkan kepala. Jika diingatkan kembali, Dirga merasa bersalah kembali pada Lala, meskipun perempuan itu terlihat baik-baik saja dan tidak mengungkitnya kembali.

"Met, apaan, sih? Udah yuk, Dirga kemarin juga udah minta maaf ke gue. Semuanya udah selesai. Iya, kan, Ga?"

Lagi-lagi Dirga hanya tersenyum simpul sambil menganggukkan kepalanya. 

"Sori." Suara Dirga terdengar begitu pelan dan hanya Lala yang mampu mendengarkannya.

"Gue udah nggak suka sama Kinan sejak dulu. Tapi nggak tahu, deh, kenapa cenguk ini bisa tiba-tiba kepincut sama dia. Lo dipelet, ya, Bro?" ucap Rayan sambil memicingkan mata curiga. Tatapannya penuh selidik seakan ia tidak yakin jika temannya ini serius untuk memiliki hubungan dengan Kinan.

"Cewek nggak punya sopan santun begitu buat apa, sih, dipacarin? Untung, nggak. Rugi, iya, kali," sewot Meta. Sejujurnya ia belum pernah melihat seperti apa Kinan itu, tetapi  mendengar cerita jika Lala kemarin 'diserang' secara tiba-tiba cukup membuatnya dongkol. Mendengar begitu saja ia sudah bisa menebak seperti apa cewek Dirga tersebut.

"Dia bukan cewek gue." Jawaban dari Dirga membungkam semua orang di meja, termasuk Lala.

Kemarin perempuan itu sudah mendengar pernyataan itu langsung dari Dirga, tetapi dirinya tidak yakin harus bereaksi seperti apa. Maka dari itu ia lebih memilih bungkam dan pura-pura tidak mendengarkan. Seperti saat ini, ia memilih sibuk untuk mencharger HP-nya pada colokan terdekat dan enggan menanggapi topik pembicaraan yang mulai menarik bagi Rayan dan Meta.

ILUNGA √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang