"Semua yang pergi, belum tentu akan kembali."
Happy Reading!
Mata Lala yang tertutup secara perlahan bergerak acak. Kelopak mata itupun segera menyesuaikan dengan cahaya ruangan yang cukup menyilaukan. Lagi-lagi bebauan anti septik yang pertama kali ia kenali dan sadar jika saat ini dirinya masih berada di rumah sakit. Lebih tepatnya berada di salah satu ruang rawat yang ada di sini.
"Alhamdulillah. Akhirnya kamu bangun juga, Sayang."
Suara mamanya kemudian sepenuhnya membuat Lala kembali pada realita. Ia melihat raut khawatir yang Mamanya tunjukkan. Tak henti-hentinya wanit paruh baya itu mengusap wajah, rambut kemudian menciumi punggung tangan Lala yang tersambung dengan selang infus.
"Ma..." panggil Lala dengan suara lemah. "Aku kenapa?"
"Kamu, tuh, ya, emang paling seneng buat Mama mati muda apa, ya?" tutur Mamanya sambil terus meneteskan air matanya, sedangkan Lala benar-benar tidak mengetahui apa yang terjadi dengannya.
Seingatnya ia mengobrol dengan Mahesa cukup emosional kemudian pening yang hebat menghampirinya dan setelah itu Lala tidak ingat apapun. Oh, mungkin dirinya tadi sempat pingsan.
"Ma, jangan nangis, dong."
"Kamu dehidrasi, gejala tipes, tekanan darahnya rendah, maag, trus mau apalagi setelah ini?" Mama mengusap air matanya sembarangan sambil masih terus mengomel pada Lala. "Sudah besar tapi kalau nggak Mama perhatiin masuk rumah sakit mulu. Kamu kalau mau jadi dokter harus bisa jaga diri lebih baik, sayang."
"Iya, Ma, maafin Lala, ya? Janji, setelah ini Lala bakal jaga diri sama jaga kesehatan lebih baik lagi. Mama jangan nangis, dong. Lala jadi ngerasa bersalah."
"Bagus kalau kamu ngerasa bersalah. Pokoknya habis ini, nggak ada yang namanya telat makan lagi, pulang malem sampai kecapean, dan lain-lain." Mama memutuskannya dengan final tanpa mau memberikan kesempatan Lala untuk menyanggahnya.
Pun Lala mengurungkan niat untuk protes supaya sang Mama bisa tenang. Dan selama kurang lebih 2 jam, Mamanya menungguinya bersama sang Papa yang beberapa menit kemudian baru datang menjenguk masih lengkap dengan seragam dokternya. Mungkin Papanya tadi habis selesai melakukan pemeriksaan pasien dan langsung terburu-buru ke kamarnya. Tidak ketinggalan juga sang Abang yang muncul sambil berlari setelah mendengar bahwa dirinya sudah siuman.
Lala jadi merasa bersalah. Lihatlah sekarang, tiga manusia paling sibuk di dunia tiba-tiba dengan setia dan telaten merawat dirinya secara bergantian. Jarang memang ia mendapatkan momen seperti ini. Meskipun begitu, Lala sangat berterimakasih dengan keluarganya karena mau sesibuk apapun, mereka akan saling mendukung, memberi semangat, memahami dan menghargai. Kemudian akan selalu ada jika memang dibutuhkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ILUNGA √
RomansaBudayakan: FOLLOW DAHULU SEBELUM MEMBACA [Sequel BESIDE ME] Katanya kalau sudah hancur, masih bisa diperbaiki. By the way, ini hati, bukan perabotan yang masih bisa diakali untuk bisa utuh kembali. Katanya kalau terlambat, masih bisa diulang lagi. B...