Budayakan: FOLLOW DAHULU SEBELUM MEMBACA
[Sequel BESIDE ME]
Katanya kalau sudah hancur, masih bisa diperbaiki. By the way, ini hati, bukan perabotan yang masih bisa diakali untuk bisa utuh kembali.
Katanya kalau terlambat, masih bisa diulang lagi. B...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku minta votenya dong:"
Happy Reading!
***
Lala berlari kecil keluar dari kafe menuju mobilnya yang terparkir tidak jauh di halaman yang di sediakan. Hujan mengguyur ibukota cukup deras sampai ia harus mengibaskan sedikit tangan dan rambutnya yang basah. Ujung pakaiannya beberapa juga tidak luput dari tetesan air hujan ketika ia berlari tadi.
Ponsel di dalam tas Lala berdering, tanda ada panggilan masuk. Lala merogoh tasnya dan melihat nama Mahesa di sana. Tanpa berpikir dua kali Lala langsung mengangkat panggilan tersebut sambil menyalakan mesin mobil supaya agak panas dan siap untuk dijalankan nantinya.
"Wa'alaikum salam."
"Kamu dimana, La? Saya tadi dari rumah kamu, tapi katanya kamu di luar bersama teman kamu, ya?"
Lala menganggukkan kepala. Begitu sadar jika Mahesa tidak bisa melihat anggukan kepalanya, ia menjawab, "Iya. Ini baru mau jalan pulang."
"Hujan, loh. Kalian pulangnya naik apa?"
"Meta udah pulang duluan tadi. Ini aku naik mobil aku. Aman, nggak akan kehujanan, kok."
"Kamu nyetir sendiri? Bisa emangnya? Saya baru tahu kamu bisa naik mobil."
Lala tertawa pelan. Memang dirinya jarang sekali menggunakan mobil, hampir tidak pernah malah. Seringnya Lala kemana-mana selalu minta antar Aldi, naik gojek-gocar ataupun dibonceng Meta. Bisa dihitung dengan jari berapa kali dirinya mengendarai mobil. Mungkin karena alasan itulah beberapa orang di sekitarnya sangat sanksi apabila dirinya mengendarai mobil sendiri.
"Bisa. Yaudah, ya, Kak. Makin deres, nih hujannya. Kakak kalau ada perlu sama aku kita ketemu di rumah aja, ya?"
Mahesa menghela napas pada akhirnya. Masih ada beberapa hal yang lelaki itu belum ketahui tentang Lala, dan ia jadi merasa bersalah tanpa sebab.
"Yaudah. Hati-hati kamu nyetirnya. Kalau ada apa-apa langsung telepon saya, ya? Saya tunggu kamu di rumah kamu."
Setelahnya, panggilan terputus karena ternyata baterai ponselnya lowbat menyebabkan layar HPnya padam seketika. Lala berdecak karena lupa untuk menumpang mencharger di dalam tadi. Meletakkan benda persegi pada dashboard mobil, Lala mulai memasukkan gigi mobil. Menginjak pedal gas perlahan-lahan sampai mobil mulai melaju secara mulus di jalanan yang basah saat hujan.
Ini tidak buruk. Lala hanya perlu memfokuskan diri pada jalanan di depannya. Menghentikan mobil ketika menemukan lampu lalu lintas merah dan lanjut menginjak gas di saat berubah menjadi hijau. Tidak masalah dengan beberapa bunyi klakson di belakang pun di sebelahnya ketika dirinya berjalan terlalu pelan dan memenuhi jalan. Tidak apa-apa, Lala bisa melakukannya sampai rumah.
Di dalam mobil, hawanya begitu dingin. Mungkin dikarenakan hujan deras di luar sedangkan di dalam mobil ACnya sejak tadi ia nyalakan full. Lala menurunkan suhu AC mobil pada tekanan terkecil. Di perjalanan sisanya, Lala hanya bersenandung untuk mengisi kesunyiannya. Ingin menghidupkan tape radio mobil pun, HPnya mati daya, jadi tidak ada gunanya juga ia menghidupkan alat tersebut untuk memainkan musik.