Jangan lupa votenya!
Happy Reading!
***
Keesokannya, Lala terbangun dengan dahi yang dikompres dengan kain. Kepalanya tiba-tiba terasa pening, tubuhnya lemas, dan tenggorokannya begitu kering. Semalam setelah dirinya memasuki kamar, seingatnya ia menangis sejadi-jadinya di atas kasur dengan ditutupi selimut. Melihat kondisi tubuhnya saat ini yang masih memakai piyama yang sama seperti kemarin malam, berarti sambil menangis, tanpa sadar dirinya jatuh tertidur.
"Udah bangun, Dek?" Suara Aldi menginterupsi dari balik pintu. Lelaki itu memakai setelan baju yang rapi, mungkin hendak pergi lagi.
"A-air." Lala menjawab dengan suara lirih akibat tenggorokannya yang terasa seperti gurun pasir.
Aldi dengan cekatan memberikan gelas bening yang sengaja ia siapkan di nakas sebelah tempat tidur Lala untuk perempuan itu setelah bangun dari tidur. Aldi membiarkan Lala dengan khidmat membasahi tenggorokan sebelum akhirnya kembali menyimpan gelas bening yang hampir tandas ke tempat semula.
"Gimana? Mau minum lagi?"
Lala menggelengkan kepalanya, tanda menolak.
Tangan Aldi terangkat untuk mengecek suhu tubuh Lala. Ia menempelkan sebelah punggung tangannya pada dahi Lala, membolak-balikkannya untuk memastikan.
"Demamnya udah turun," kata Aldi dengan nada pelan. "Lo, tuh, ya kebiasaan banget nggak bisa ditinggal sendirian. Gue tinggal ngelembur juga lo udah tepar gini," omelnya.
"Demam?" Dengan sendirinya Lala mengecek suhu tubuhnya. Pantas saja kepalanya pening.
"Lagian, lo kenapa tidur dengan baju basah, sih? Nggak, nggak. Lo nggak tidur sih, tapi pingsan. Sukses buat gue panik lo semalem."
Lala meringis. Ia tidak sadar jika piyamanya masih basah kemarin ketika dengan gilanya ia masuk kamar dan meninggalkan Dirga di bawah. Dari ceritanya Aldi, Abangnya itu sama sekali tidak me-mention Dirga sama sekali, jadi ia asumsikan bahwa Dirga telah pulang sebelum Aldi sampai rumah.
"Maaf, Bang."
Aldi membuang napasnya dengan keras. Ia merasa belum cukup untuk mengomel. "Tahu rasa abis ini pasti flu. Pasti. Gue jamin."
"Kan, ada Abang dokternya."
Aldi melayangkan pukulan ringan atau lebih tepatnya jitakan pada dahi Lala.
"Jawab terusss!"
Lala menanggapi dengan bibi cemberut sambil mengusap dahinya.
"Lo laper, nggak?"
Belum sampai Lala menjawab dengan mulutnya, ternyata perut Lala lebih cepat menanggapi dengan suara lolongan serigala lapar di dalam sana.
"Buseettt!" Aldi yang heboh sedangkan Lala agaknya tidak punya malu dan hanya menampilkan deretan gigi putihnya saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
ILUNGA √
RomanceBudayakan: FOLLOW DAHULU SEBELUM MEMBACA [Sequel BESIDE ME] Katanya kalau sudah hancur, masih bisa diperbaiki. By the way, ini hati, bukan perabotan yang masih bisa diakali untuk bisa utuh kembali. Katanya kalau terlambat, masih bisa diulang lagi. B...