part 15

72 15 0
                                    

"hmm...," Deheman seseorang berhasil mengagetkan Galang yang sedang melamun.

"Gimana nih persiapan lo buat nge date."

Galang menatap Bintang yang kini sudah duduk di hadapannya. Mereka kini tengah berada di kantin fakultas, setelah menyelesaikan kelasnya.

"Gak ada!," Jawab Galang acuh.

Galang memang tidak mempersiapkan apapun. Lagi pula dia bukan berkencan sungguhan dengan Cia, dia hanya menuruti hal yang sudah disepakati bersama teman-temannya. Jika ada kesempatan untuk menolak mungkin Galang akan melakukannya.
Atau mungkin dia harus menyiapkan mentalnya untuk mendengarkan gadis cerewet itu.

"Siapa tau habis ini lo bakal ngelepas status jomblo lo!," Ledek Bintang.

Galang hanya menatap Bintang malas.
Tidak ada di benaknya untuk berpacaran dengan Cia, lagi pula dia belum berminat memasukan kisah percintaan dalam kamus hidupnya.

"Yaelah gue becanda kali!," ucap Bintang yang mendapat tatapan tidak mengenakan dari Galang.

"Jadi kapan lo mau nge date bareng tuh bocah?," tanya Bintang penasaran.

"Nanti malem," jawab Galang.

Setelah kejadian kemarin, Cia langsung menodongnya dengan pertanyaan. Bahkan cewek itu meminta nomor telepon nya dengan modus untuk mengabari masing-masing. Dan Galang tidak bisa menolak, jadi dengan terpaksa Galang memberi nomor handpone nya.

"Itu cewek cantik kok lang! Lo gak bakal rugi," ucap Bintang. Cia memang cantik, namun kelakuannya sedikit kurang cantik.

"Yaudah lo aja sono!."

"Bener nih? Lo gak cemburu?."

Entah mengapa Bintang merasa temannya itu sudah memiliki ketertarikan dengan gadis itu.

"Engga," singkat Galang. Untuk apa dia cemburu jika dia tidak memiliki rasa apapun.

"Yakali gue gantiin lo! Bisa ngamuk tuh cewek," ucap Bintang. Gadis bucin itu mungkin akan mengamuk jika keinginan yang paling diinginkan tidak terjadi.

"Gue duluan deh, have fun lo nanti malam," ucap Bintang dengan nada mengejek. Dia tertawa singkat lalu segera melenggang pergi.

•••

"LALA BANTUIN GUE PILIH BAJU!," teriak Cia dari arah tangga.

Ketika melihat sahabatnya baru saja memunculkan wajahnya di balik pintu masuk.

"Gue denger! Gak usah teriak juga Ci," jawab Lala. Dia dengan langkah malas menghampiri Cia yang kini tengah berada di anak tangga paling atas.

Jika Cia bukan sahabatnya mungkin Lala lebih memilih rebahan di kasurnya dari pada memenuhi keinginan gadis itu untuk memilihkannya baju. Cia terlalu exsited padahal dia hanya akan nge date, dan itu hadiah bukan cowok itu yang mengajak sahabatnya.

"Astaga Ciaaa!."

Lala terkejut ketika Cia membuka pintu kamarnya, dan keadaan kamar Cia benar-benar mirip dengan kapal pecah. Benar-benar berantakan.

Baju-baju yang berserakan dimana-mana bahkan ada yang berada di dekat pintu kamar mandi. Dan juga sepatu-sepatu yang sudah berserakan, dan juga benda-benda lainnya.

Kepala Lala berdenyut dia paling tidak suka dengan sesuatu yang tidak rapih. Sahabatnya itu benar-benar sudah tidak waras.

Abang BaristaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang