"LAUREN!!," teriak Galang melihat gadis itu yang bersimpuh dan memegangi kepala nya yang terlihat mengeluarkan darah.
"Galang aku takut dia...dia dorong aku karena aku gamau nurutin permintaan dia buat jauhin kamu, aduh kepala aku sakit," ucap Lauren sambil menunjuk kearahnya. Lalu Cia melihat gadis itu pingsan.
"Lo keterlaluan Cia, gue gatau di balik sifat polos lo ternyata kelakuan lo kaya iblis,"ucap Galang. Lalu dengan sekali hentakan dia membopong Lauren lalu segera membawa gadis itu keluar dari apartemen.
Tubuh Cia masih mematung, dia sama kali tidak bisa membuka suaranya untuk membela diri sendiri sampai Galang sudah hilang dari pandangannya dengan Lauren di gendongan cowo itu.
Dengan perlahan air matanya menetes, rasa sesak hinggap di dadanya mengingat perkataan tajam nan menyakitkan yang Galang lontarkan padanya.
Dengan derai air mata cia keluar dari ruangan dan berlari untuk segera pergi tidak ingin berlama-lama di tempat cewe ular itu.
Alfa yang bersembunyi di balik pintu kamar, dan mendengarkan semua percakapan itu. Dia menghela nafas kasar lalu kelaur dari kamar Lauren.
Sesampainya di luar gedung apartemen Cia berdiri disana dengan air mata yang sudah membasahi wajahnya, dada nya sesak dia tidak tahu harus melakukan apa sekarang.
"CIAA..." teriak seseorang menyebut namanya.
"Astaga Cia lo gapapa kan? Lo kenapa nangis Cia?," ucap Lala panik.
Lala yang melihat sahabatnya itu langsung berlari untuk menghampiri Cia yang kini tengah menangis.
"Hiks...hiks Lala," ucap Cia di tengah isak tangisnya.
Lala membawa Cia kedalam pelukannya, dia sangat khawatir pada Cia dia berharap tidak ada hal buruk yang menimpah sahabatnya.
"Kita ke mobil dulu, abis itu lo harus cerita," ucap Lala. Lalu menggiring Cia untuk mengikuti dirinya.
"Cia kamu kenapa?," ucap Gara melihat adiknya merangkul Cia yang kini terlihat menangis.
Gara membawa Cia kedalama pelukannya, dan terdengar gadis itu semakin mengeraskan tangisnya membuat Gara bertambah khawatir juga penasaran apa yang membuat Cia menangis.
"Hiks...mereka jahat bang Gara," ucap Cia.
"Siapa? Siapa yang buat kamu kaya gini," ucap Gara. Kini wajahnya mengeras menahan emosi, dia tidak akan membiarkan begitu saja seseorang yang membuat Cia menangis.
"Bang, mending kita bawa Cia pulang dulu. Gaenak diliatin orang," ucap Lala.
Galang membenarkan ucapan adiknya lalu dia membawa Cia untuk masuk kedalam mobil. Dia akan bertanya pada Cia jika meraka sudah sampai nanti.
Karena hari yang sudah mulai malam, Gara memutuskan untuk membawa Cia pulang. Karena tante hana sudah khawatir karena anaknya belum pulang.
"Abang percaya Cia ngga ngelakuin itu kan?," tanya Cia dengan derai air mata yang masih mengalir di pipinya.
Mereka sampai kini sudah berada di rumah Cia tepatnya di kamar gadis itu. Tadi saat mereka sampai Hana terlihat khawatir melihat putrinya yang pulang dengan keadaan kacau.
"Abang selalu percaya sama kamu Cia, udah yah jangan nangis lagi," ucap Gara mencoba menenangkan. Dia menghapus air mata dengan ibu jarinya, dia ikut sedih melihat Cia terlihat begitu menyedihkan seperti.
Mendengar semua cerita yang Cia katakan membuat darahnya mendidih, bisa-bisa Cia yang selalu dia jaga dan berjanji tidak akan membuat gadis itu menangis kini melihat Cia di buat menangis oleh orang lain. Emosi kian meledak melihat laki-laki itu menghina Cia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abang Barista
Teen FictionFallencia Kayana, gadis yang sangat menyukai minuman yang pasti di sukai sejuta umat. BOBA! Saking cinta dia dengan Boba. Dia akan selalu mencoba hal baru dari minuman itu. Dan karena Boba kisah cintanya di mulai. Cafe baru yang ada di dekat sekola...