part 26

47 11 0
                                    

Mungkin jika ibunya tidak memaksa dirinya untuk mengikuti saran Lala yang mengajaknya untuk healing, saat ini mungkin dia sedang menikmati kasur empuknya di temani drakor dan cemilan kesukaanya.

Sudah 3 jam lamanya nya dia di seret Lala keberbagai tempat, di awalin dengan mall, lalu ke stand-stand yang menjual banyak makanan, dan sekarang sahabat nya memaksanya lagi untuk nongkrong di Cafe. Dan semua itu sama sekali belum ada yang membuatnya tertarik.

Cia pasrah kala tangannya di genggam lalu di seret paksa untuk masuk kedalam Cafe yang menjual banyak dessert.

"Kita bisa pulang aja ngga sih, gue cape La," ucapnya kesal. Rasanya dia ingin menjabak Lala jika tidak ingat gadis itu sahabat satu-satu nya.

"Kita kesini dulu! menurut rekomendasi, Cafe ini cocok untuk orang yang sedang patah hati," cerocos Lala tanpa tahu Cia sama sekali tidak mendengarkan perkataannya, gadis itu kini fokus pada seseorang.

Seseorang yang kini dengan mesra menyuapi pasangannya. Reflek matanya membola, sesuatu yang sangat dia hindari kini muncul begitu saja.

"Lo dengerin gue ngga sih!," Kesal Lala yang tidak mendengar tanggapan dari Cia.

Lala melihat Cia yang sedang mematung di tempatnya dan fakus memandang ke salah satu objek. Lala yang penasaran ikut melihatnya.

Dirinya ikut mematung kala melihat apa yang sedang sahabatnya liat, disana tepatnya di meja paling pojok terdapat dua sosok yang membuat sahabatnya uring-uringan selama seminggu ini. Galang dan lauren sedang disana dan cewe itu menyodorkan sendok pada Galang.

Rasa bersalah kini menyeruak di hatinya, niat awal ingin membuat menghibur Cia dia malah membawa Cia pada petaka.

Mereka bersitatap sesaat karena setelah Cia tersadar dari keterpakuannya, dia buru-buru melepaskan pandangan mereka. Rasanya dia ingin menangis sekarang karena ternyata dugaannya selama ini benar dan sekarang rasa sakit hatinya bertambah berkali-kali lipat.

Cia memutar tubunya lalu berlari keluar dari Cafe tanpa memperdulikan dia datang kesini bersama Lala. Yang kini ada dalam fikirannya adalah pergi menjauh dari Cowok itu.

Dia berhenti di depan pelantara cafe, sedikit bingung karena dia datang dengan Lala. Akhirnya dia malah termenung disana dengan kepala menunduk.

Lala berlari menyusul Cia, rasa bersalah menyeruak di hatinya niat ingin menghibur sahabatnya dari rasa sakit hati dia malah menambah rasa sakit itu.

"Sorry Ci gue ngga tau bakal kaya gini," ucap Lala begitu menyesal.

Sebuah mobil berhenti tepat di hadapan mereka. Pengemudi itu ternyata Gara, dia menghampiri Cia dan Lala.

"Cia," panggil Gara.

Melihat gadis itu yang terlihat tidak baik-baik saja membuat gara begitu khawatir.

Cia mendongak melihat Gara yang kini sudah berada di hadapannya. Dengan tiba-tiba air matanya meluncur begitu saja dia sudah tidak kuat untuk menahan tangisannya.

Gara membawa Cia kedalam pelukannya dia ikut merasa sakit melihat gadis itu menangis.

"Cia mau pulang bang," ucapnya dengan suara bergetar.

Hanya sebentar karena setelah itu Gara menuntun Cia untuk masuk kedalam mobil, melihat disini begitu ramai dan dia tidak ingin menjadi pusat perhatian orang lain.

Setelah memastikan Cia masuk kedalam mobil, dia menatap kearah adiknya. "Abang tunggu penjelas kamu La," ucapnya.

Galang melihat semuanya, saat gadis itu terdiam disana dan muncul laki-laki yang memeluk gadis itu.

Abang BaristaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang