part 2

116 17 0
                                    

Siang yang cukup terik ini memang sangat cocok meminum minuman dingin dan menyegarkan. Untuk melegakan kerongkongan yang cepat kering di cuaca seperti ini.

Tapi nyatanya minuman dingin yang sedang di minum Lala tidak dapat menyegarkan kerongkongan dan hatinya. Gara-gara berdebat dengan sahabat nya, benar-benar membuat kerongkongan nya kering.

Kedua gadis yang kini berada di kantin dengan dua gelas lemon tea.

"Pokoknya Lo harus anterin gue ke cafe itu lagi!," Ucap Cia memaksa.

Lala mendengus kesal. Sejak kemarin sahabatnya terus saja menerori dirinya. Sebenarnya dia mau-mau saja mengiyakan keinginan Cia, namun gara-gara kemarin membuat dia enggan untuk kembali ke tempat itu. Dia menyesal mengajak Cia kemarin.

"Gue mau anterin Abang gue kondangan Ci, lain kali aja deh," tolak Lala untuk kesekian kalinya.

"Tumben Lo mau ikut sama Abang Lo?," Ucap Cia dengan nada Curiga. Karena dia sangat tahu bahwa Lala paling enggan untuk ikut dengan Abangnya.

Lala jadi gelagapan sendiri, dia lupa jika Cia pasti sangat tahu tentang dirinya. Abangnya memang mengajaknya untuk menemaninya ke acara kondangan. Namun kali ini ia lebih memilih ikut Abangnya dari pada menuruti keinginan Cia.

"Abang gue maksa, gue gak bisa nolak," ucap Lala.

Cia memicingkan matanya ketika melihat sesuatu yang mencurigakan dari sahabatnya.

"Ihh Lala," rengek Cia. Jujur saja semenjak pertemuan nya dengan sang Barista kemarin, fikirannya selalu tertuju pada wajah tampan Galang. Dan membuat rasa ingin bertemu kembali sangat kuat.

"Kalo gitu biar Cia telfon Abang! biar Abang batalin acaranya sama Lala," ucap Cia.

Lala membolakan matanya. Hal ini tidak boleh terjadi menurut Lala, rencana bisa hancur hanya karena Cia. Karena dia sangat tahu bahwa Abang sangat dekat dengan Cia, dan Abang bucin nya pasti akan menuruti keinginan dari Cia.

"Jangan Ci, gue juga mau kok ikut Abang gue," ucap Lala panik.

"Pokoknya Cia bakal telfon bang Gara!," Kekeh Cia. Dia mengeluarkan handphone nya lalu menelfon kontak dengan nama bang Gara. Dan Lala hanya pasrah melihat aksi yang akan di lakukan oleh Cia.

"Bang Gara!," Rengek Cia.

"Iya Ci kenapa?," Tanya Gara dari sebrang telepon yang sayup-sayup di dengar oleh Lala.

"Cia mau pergi sama Lala! Jadi Abang batalin janji Abang sama Lala!," Ucap Cia.

"Acara Abang malem kok. Emang kamu mau main sampe malem ya?."

"Gak sampe malem kok. Kalo gitu bolehkan Lala main sama Cia."

"Abang gak pernah larang kamu main sama Lala Ci."

"Oke kalo gitu. Love you Abang," ucap Cia lalu mematikan telepon tanpa mendengar jawaban dari sebrang sana.

"Jadi masih mau nolak," ucap Cia sambil tersenyum sinis kearah Lala.

Sudahlah ini akan menjadi hari sial untuk Lala. Karena kedua orang ini benar-benar akan merugikannya.

°°°

"Cepetan Laaa!," kesal Cia pada Lala yang jalannya sengaja dia lambatkan.

"Iya iya," jawab Lala malas. Dia benar-benar tidak ikhlas ikut dengan Cia kali ini.

Sungguh dia masih malu dengan kejadian kemarin. Niat ingin memakai masker namun dia tidak memilikinya, sumpah dia malu menampakkan mukanya disana. Walau harusnya Cia lah yang lebih malu.

Abang BaristaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang