10

20.5K 1.4K 14
                                    

Kamu adalah seseorang yang masih aku cintai sampai detik ini. Tapi sekali lagi aku sadar, bahwa sampai detik ini pun aku bukanlah orang yang kamu cintai.

☆Kayla.

●●●●●●

"Serius gue boleh nginep di rumah lo nanti?" tanya Zahra.

Kayla mengangguk. "Serius, gue malah seneng kalau punya temen di rumah."

"Kalau gitu ntar sore gue ke rumah lo, ya! Kita malam mingguan berdua," ucap Zahra dengan cengirannya.

"Terua doi lo gimana?" tanya Kayla.

Zahra mengaduk siomaynya. Saat ini mereka berdua sedang berada di kantin.

"Kan gue udah pernah bilang Kay, kalau di luar sekolah sifatnya Arka itu gimana," jawab Zahra lesu.

Sebenarnya Kayla merasa sedih saat mendengar cerita Zahra. Biar bagaimana pun juga Kayla tau rasanya.

"Yaudah jangan sedih. Ntar kita happy-happy deh," ujar Kayla mencoba menghibur.

Saat mereka sedang menikmati makanan masing-masing. Sosok Arka muncul. Dia tidak sendiri. Dia bersama Fikri. Saat ini mereka berdua tengah memakai pakaian basket.

"Kok gak bilang mau ke kantin?" tanya Arka yang tiba-tiba duduk dihadapan Zahra. Kayla yang melihat itu mencoba untuk tidak sakit hati.

"Kan kamu lagi basket tadi," jawab Zahra.

"Gue boleh gabung?" tanya Fikti tiba-tiba datang sambil membawa mangkok mie ayamnya. Dia sengaja duduk dihadapan Kayla agar perempuan itu tidak sendirian.

"Boleh kok, duduk aja," jawab Kayla.

"Lo gak mesen Ar?" Fikri melirik Arka yang hanya diam memandang Kayla.

Zahra yang merasa Arka tidak melihat kearahnya sontak menegur cowo itu. "Kok kamu ngelihatin Kayla terus?"

Arka berdeham kaku, "Gak ngelihat kok. Cuma takjub aja karena ternyata suara temen kamu ini bagus," alibinya.

Zahra mengangguk percaya, "Yaudah, kamu mau pesen apa? Tadi udah ditanyakin juga."

"Aku makan punya kamu aja. Gakpapa 'kan?"

Belum sempat Zahra membalas ucapan Arka. Cowo itu sudah melahap siomay yang ada di piringnya

Kayla melotot melihat itu. Arka baru saja menggunakan sendok yang sama dengan Zahra. Itu artinya mereka barusan ciuman secara tidak langsung kan?

"G-gue balik ke kelas dulu, ya. Mau bikin tugas." Kayla berdiri dari duduknya.

Zahra tidak mengerti dengan ucapan Kayla. Tugas, tugas apa? Bukannya jam terakhir mereka setelah istirahat ini adalah olahraga.

Belum sempat Zahra berkomentar Kayla justru sudah berjalan cepat-cepat meninggalkan kantin. Ntah kenapa rasanya sakit dan tidak rela menyaksikan itu semua. Apa yang salah? Bukannya itu hal yang wajar mengingat mereka adalah sepasang kekasih.

Ingat Kay, kamu bukan orang penting di hidup Arka. batin Kayla.

■■■■■■

Ada hal yang tidak bisa diucapkan dengan kata-kata tapi dapat dirasakan. Itu yang sedang terjadi dengan Kayla. Ia tidak bisa berkata apapun tentang hubungannya bersama Arka. Tapi dia dapat merasakan bagaimana sakitnya hubungan itu berjalan. Terkadang terlintas dipikiran gadis itu untuk mengakhiri semuanya. Dia ingin benar-benar mendapatkan seseorang yang bisa mencintainya dengan tulus. Sejujurnya ia sudah lelah dan capek. Selama ini hanya dia yang berjuang mempertahan hubungan mereka sementara Arka? Cowo itu malah terkesan ingin menghancurkannya.

"Kay," panggil seseorang.

Tubuh Kayla tersentak ketika ada yang memanggil namanya.

"Kenapa ke sini?" tanya cowo itu.

Kayla hanya memandang orang tersebut. Terlalu kaget dengan siapa orang yang berada di dekatnya sekarang.

Laki-laki itu duduk disebelah Kayla. Saat ini mereka sedang berada di halaman belakang sekolah. Kayla sendiri tidak tau kenapa ia kemari.

"Lagi pengen ke sini aja," itulah jawaban yang keluar dari mulut Kayla.

"Sakit, ya?"

Kayla membuang nafasnya gusar. "Sakit, tapi gakpapa," jawabnya tersenyum getir.

"Lo ngapai ke sini? Bukannya tadi lagi makan?" tanya Kayla balik. Ia sedikit heran kenapa laki-laki ini malah menghampirinya.

"Sebenarnya gue udah kenyang. Tapi kasihan lihat lo jadi obat nyamuk di sana makanya gue temenin," jawabnya kalem.

"Baik bener," canda Kayla.

"Lo mau cerita sesuatu gak sama gue?" tawar Fikri menatap lekat mata Kayla.

Kayla sempat tertegun dengan tatapan itu. Tatapan itu seperti tatapan kecewa.

"Cerita apa? Gue rasa lo  deh yang kayaknya lagi butuh teman cerita," balas Kayla.

Fikri mengangguk membenarkan ucapan gadis itu. "Gue pengen cerita. Tapi gue mau lo juga cerita sama gue. Setidaknya kita jadi temen yang saling bertukar cerita dan pikiran."

"Kalau gitu lo deluan yang cerita ntar baru gue," ucap Kayla memberi penawaran.

"Kenapa gitu?" heran Fikri.

"Mata lo, mata lo nunjukin kalau lo lagi gak baik-baik aja saat ini."

"G-gue,"

"Cerita aja. Gue bakal jadi pendengar yang baik."

Fikri diam beberapa saat sampai dia kembali membuka suara. "Gue suka sama seseorang."

Kayla menaikan alisnya, "Terus masalahnya apa? Bukannya suka itu hal yang wajar?"

"Iya, gue suka sama seseorang dari lama. Tapi sayangnya dia sama sekali gak suka sama gue atau bahkan mungkin gak ingat sama gue. Gue selalu merhatiin dia dari jauh. Gue selalu mencari tau tentang dia sampe akhirnya gue tau kalau dia udah punya pacar," lirih Fikri.

Untuk yang kedua kalinya Kayla tertegun. Dia memperhatikan sorot mata itu. Sorot pilu yang sangat menyakitkan.

"Kenapa lo gak berjuang? Setidaknya berusaha buat dia supaya ingat sama lo."

Fikri hanya diam, dia sama sekali tidak berniat menjawab ucapan itu.

"Mungkin dia lupa sama lo karena kalian udah lama gak ketemu. Tapi kalau emang lo mau dia ingat sama lo itu masalah yang gampang," ucap Kayla.

"Lo bisa perkenalkan diri lo sebagai seseorang yang pertama kali dia kenal. Maksud gue, ingatin dia tentang kenangan yang dulu," saran Kayla.

Cowo itu termenung. Haruskah dia melalukan saran yang dibilang Kayla.

"Tapi semua balik lagi ke lo. Kalau lo sukanya mendem perasaan, yaudah. Tapi kalau lo udah gak tahan buat mendem ada baiknya lo utarakan. Masalah di tolak atau enggaknya itu urusan belakangan. Setidaknya lo bisa tau jawaban yang selama ini hati lo minta." Lagi dan lagi ucapan Kayla sanggup membuat Fikri terdiam.

Fikri hanya terlalu takut untuk menerima kenyataan bahwa gadis yang dia suka benar-benar melupakannya. Selama ini dia tidak pernah melakukan sesuatu yang membuat gadis itu bisa mengingat siapa dia. Yang Fikri lakukan hanyalah berasumsi sendiri bahwa gadis itu benar-benar telah melupakannya.

"Iya," ucap Fikri tersenyum. "Sekarang giliran lo yang cerita."

"Gue gak tau mau cerita apa. Hanya akhir-akhir ini gue ngerasa capek sama hubungan yang lo tau sendiri gimana," ungkap Kayla sedih.

"Gue cuma pengen bilang ke lo. Kalau lo udah gak kuat jalaninnya lo boleh mundur. Ini bukan masalah yang sepele Kay, gue tau gimana susahnya lo bertahan selama ini. Tapi gue rasa ada kalanya untuk lo menyerah. Bukan karena kemauan lo, tapi justru karena keadaan." Respon yang diberikan Fikri itu membuat Kayla terdiam. Fikri benar, Kayla berhak menentukan hidupnya sendiri tapi permasalahannya dia tidak bisa mengakhiri apa yang udah terjadi. Dia sudah terlanjur mencintai Arka jadi akan sulit untuknya melepaskan laki-laki itu.

○○○○○○○○○○○○

Hiiiiii kembali lagi bersama saya xixixi...

KAYLA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang