9

17K 1.3K 40
                                    

Terkadang orang yang begitu kamu benci adalah orang yang begitu mencintaimu.

☆Kayla.

●●●●●●

Seakan mengerti dengan kondisi hati Kayla langit sore pun tampak menggelap. Kayla sedang berdiri di balkon kamarnya memandang ke atas langit. Memikirkan banyak hal yang membuatnya lelah.

"Ma, Pa, Kayla nanti sore ada olimpiade di sekolah. Mama sama Papa jangan lupa datang ya!" ucap Kayla dengan begitu antusias.

"Pasti sayang, pasti kita bakal datang buat lihat kamu meraih piala lagi," ujar David, Papa Kayla.

"Gimana kalau sebelum ke sana kita jemput Layla di sekolahnya dulu biar dia juga bisa ikut menyaksikan kakaknya yang pintar ini!" ucap Dita mencubit pelan pipi Kayla.

"Boleh Ma, berarti kalau gitu Kayla berangkat deluan ya. Kayla bakal tunggu kehadiran Mama, Papa sama Layla di sana. Dan Kayla janji bakal mendapatkan piala lagi!"

Gadis yang sedang memegang sebuah piala kaca itu tampak mondar-mandir di depan sekolahnya. Gadis itu berhasil meraih juara pertama. Tapi dari awal acara berlangsung sampai sudah selesai pun Kayla tidak melihat keberadaan keluarganya. Kemana mereka semua. Apa mereka melupakan janjinya.

Handphonenya berdering, Kayla berharap itu adalah telepon dari orangtuanya. Tapi saat melihat layar ponselnya kening Kayla mengerut. Dia mendapat panggilan dari nomor yang tidak dikenal.

"Hallo,"

"Maaf, apa benar ini Kayla?"

"Iya saya sendiri."

"Begini mbak, kami dari pihak rumah sakit ingin memberitahu mbak bahwa orangtua dan seorang anak smp baru saja mengalami kecelakaan. Dan mereka meninggal di tempat."

Bagai disambar petir tubuh Kayla mematung. Piala beserta hpnya terhempas begitu saja ke lantai. Pikirannya kacau. Dia berlari sekuat tenaga untuk sampai di rumah sakit. Lariannya diiringi dengan air matanya yang semakin deras. Bahkan dia tidak perduli dengan banyaknya mata yang memandang ke arahnya. Dia hanya ingin bisa menemuin keluarganya dan berharap bahwa mereka masih hidup.

Tapi harapan itu pupus ketika melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa orangtua dan adiknya sudah ditutupi dengan selimut. Rasanya dia ingin mati saja. Kayla tidak bisa menahan rasa sakitnya lagi. Gadis itu berteriak histeris. Dia benar-benar tidak bisa menerima kenyataan yang menyakitkan ini. Kenyataan yang membuatnya hancur.

"Maa!!! Paaa!!! Bangun!!! Kalian gak boleh tinggalin Kayla sendiri! Bangun Ma, bangun!!!"

Kayla menunjukan sebuah mendali perak yang menggantung di lehernya. "Pa, lihat Pa! Kayla berhasil dapat juara 1. Kayla berhasil menangi olimpiade itu!"

"Lay!! Kamu harus bangun!! Kamu gak boleh ninggalin kakak sendiri! Bangun Lay bangun!"

Teriakan histeris itu tidak bisa berhenti. Kayla terus berusaha membangunkan keluarganya. Tidak perduli dengan dua suster yang sudah memegang kedua tangannya.

"Lepas! Lepasin saya! Kalian gak tau gimana rasanya!!! Lepasin saya!!!" Kayla terus berontak.

"Sayang,"

Kayla menoleh, dia mengenali suara itu. Kayla memeluk tubuh itu. "Tante, bilang sama Kayla kalau ini semua bohong" Kayla terus menangis dan berharap keluarganya masih hidup.

"Sayang, kamu harus ikhlas yaa. Kamu gak boleh gini." Lita terus mengusap bahu Kayla. Berharap anak dari sahabatnya ini bisa ikhlas dan tabah.

KAYLA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang