37

17K 1.1K 31
                                    

Pohon emang kuat. Tapi bisa jatuh tumbang jika ditebang. Begitu juga dengan perjuanganku, bisa jatuh karena rasa lelah.

☆Kayla.

●●●●●●

"Siapa kamu berani mengusir calon menantu saya?"

Baik Arka, Kayla, Vela bahkan Zahra. Mereka semua sama-sama terkejut mendengar sekaligus melihat kedatangan Lita.

"Coba ulangi kata-kata kamu tadi," suruh Lita pada Zahra.

"Bun, Bunda kok di sini?" tanya Arka takut.

"Kenapa? Kaget Bunda ada di sini?" tanya Lita balik pada anaknya.

"Nggak gitu Bun, tapi 'kan semalam Bunda bilang kalau Bunda harus ke luar kota," jawab Arka.

"Iya, Bunda emang ada kerjaan di luar kota. Tapi Bunda sengaja pulang lebih awal agar bisa rayain ulang tahun kamu sama Kayla. Tapi apa yang Bunda lihat sekarang?" cemooh Lita.

"Jangan salah paham dulu Bun. Arka bisa jelasin semuanya," ucap Arka.

"Jelasin apa? Jelasin kalau kamu gak bisa belain Kayla? Jelasin kalau kamu juga turut adil dalam menyakiti Kayla. Apa itu yang mau kamu jelasi?" tuntut Lita.

Lita sudah begitu menahan emosinya. Ia emang sengaja pulang lebih awal agar bisa berkumpul dengan anak dan calon menantunya. Tapi di tengah perjalanan, Lita mendapat telfon dari pembantunya bahwa ada keributan yang terjadi di rumah. Hal itu juga yang membuat Lita menaikan kecepatan mobilnya.

"Sekarang kalian semua masuk ke dalam. Saya mau minta penjelasan," titah Lita.

•••••••

Di tempat yang lain. Fikri dan Leo sama-sama merasakan hal yang tidak enak. Ntah kenapa perasaan mereka berdua tertuju ke Arka. Apa laki-laki itu sedang dalam bahaya?

"Kok perasaan gue gak enak ya?" ujar Fikri setelah dari tadi diam.

"Gue juga, kayaknya lagi ada hal besar yang terjadi," jawab Leo.

"Hari ini Arka ulang tahun. Dan tadi gue dapat kabar dari Vela kalau dia sama Zahra ada di rumah Arka," ungkap Fikri.

Leo menerjapkan matanya. "Kayla juga pasti ada di sana."

"Gue gak mau berpikir yang buruk. Tapi gue rasa malam ini adalah puncak kebohongan Arka terbongkar," ujar Fikri memandang lurus ke depan.

"Gue rasa juga gitu," balas Leo.

"Sehebat apa pun kebohongan itu ditutup. Pasti akan tetap terbuka dengan sendirinya," kata Leo.

Fikri berdecak. "Apa kita ke sana aja?" ajak Fikri.

"Nggak usah. Kita gak perlu ikut campur untuk urusan itu. Biarin dia nyelesain masalahnya sendiri."

"Lagian lo juga sengaja 'kan gak datang ke sana?"

Tapi Fikri tidak tenang. Ada seseorang yang sedang ia khawatirkan.

Leo mengerti perasaan Fikri. Dia juga sedang mencemaskan seseorang. Mungkin Fikri tidak pernah bercerita tentang apa yang cowo itu rasain. Tapi Leo cukup peka untuk dapat memahaminya tanpa harus mengetahui langsung dari mulut temannya itu.

"Fik," panggil Leo.

"Kalau sampai semuanya sudah selesai," Leo terdiam sebentar. Lalu detik berikutnya Leo kembali bersuara yang mana membuat Fikri tercekat.

"Gue bakal memperjuangin Kayla."

○○○○○○○○

"Jelasin!" titah Lita.

KAYLA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang