Clara sedang sibuk berkutat di dapur. Wanita itu sedang memasak untuk sarapannya dengan Dava. Ia sengaja bangun lebih awal agar bisa menyiapkan sarapan untuk Dava, sang suami. Dengan sudah menyandang status sebagai seorang istri, maka sudah seharusnya Clara melakukan kewajibannya. Meskipun ia belum paham atau bahkan belum mahir, tapi ia akan berusaha untuk menjadi seorang istri yang baik, atau terbaik sekalipun.
Mendengar suara langkah kaki, Clara menoleh. "Kamu udah bangun, Mas?" Wanita itu kembali fokus dengan wajan dan spatulanya. "Kamu udah laper, ya? Sebentar, ya. Ini dikit lagi masak, kok."
"Kamu bilang apa tadi?" tanya Dava kaget sambil berjalan mendekati Clara.
"Apa? Yang mana?" Clara menoleh dan bingung sambil menuangkan masakannya kedalam piring. "Ini dikit lagi masak?"
"Bukan, sebelum itu."
"Yang aku bilang sebentar?"
"Bukan, sebelumya."
"Yang aku tanyain kamu udah laper?"
"Enggak, sebelum itu."
"Yang mana, Mas." Clara menghembuskan napas kasar sambil menatap Dava.
"Iya yang itu!" tutur Dava. "Kamu, manggil aku apa tadi? Mas?" Pria itu masih terkejut dengan panggilan yang diucapkan Clara.
"Oh." Clara tertawa pelan. "Iya, Mas. Aku panggil kamu, mas."
"Kenapa?"
"Ya biar lebih sopan aja. Soalnya kamu kan sekarang udah jadi suami aku." Clara menoleh. "Kenapa? Kamu gak suka, ya?" tanya wanita itu dengan nada sedih.
"Enggak enggak, bukan gitu." Dava menyentuh kedua bahu Clara. "Justru aku suka banget. Makanya aku sampe kaget tadi."
Clara tersenyum. "Beneran?"
"Iya." Dava mengangguk.
"Yaudah kamu duduk dulu sana, biar aku siapin sarapan buat kamu."
"Biar aku bantu, ya."
"Gak usah, Mas. Kamu duduk aja dulu, biar aku yang siapin."
Dava tersenyum gemas.
"Loh kenapa?" tanya Clara bingung. "Kok senyum-senyum?"
"Aku suka kamu panggil mas." Dava tersenyum lagi.
Clara tertawa pelan. "Udah ah, sana dulu."
"Iya iya." Dava mulai berjalan mendekati meja makan. Tidak lama kemudian Clara datang dengan piring yang berisikan omellete, dua buah sosis yang sudah digoreng. Tidak lupa dipinggirannya ada saos sambal.
"Maaf ya, Mas. Aku cuma masak ini doang," ucap Clara setelah meletakkan piring untuk Dava.
"Ih gak papa, kok. Aku juga suka ini." Dava tersenyum. "Oh iya, kapan kamu belanja?"
"Enggak. Itu aku minta tolong mama kirimin tadi," jawab Clara. "Soalnya ke supermarket atau ke pasar aku takut gak keburu."
"Oh gitu." Dava mengangguk-anggukkan kepala. "Yaudah nanti abis ini kita beli bahan makanan, ya. Aku temenin kamu belanja."
"Eh gak papa, Mas. Aku nanti pergi sendirian aja bisa kok."
"Udah, Ra. Biar aku temenin."
"Tapi, Mas-"
"Gak terima ponolakan!"
Clara menghela napas kasar. "Yaudah deh kalo gitu."
Dava tersenyum dan lanjut memakan sarapannya.
YOU ARE READING
Still About Us
Romance[SEQUEL of HOPE YOU KNOW] Memutuskan untuk pergi tanpa tahu kebenarannya merupakan tindakan yang bodoh. Meninggalkan segala kenangan beserta seseorang yang berperan penting dalam kehidupan. Dalam persoalan cinta, tidak selalu berada pada fase bahagi...