[19] Malam yang Manis

240 14 14
                                    

Setelah perdebatan yang cukup panjang, akhirnya Clara dan Dava memilih untuk duduk dan mengobrol sedikit lebih santai. Walau masih ada terasa canggung diantara keduanya karna sudah lama tidak berkomunikasi, terlebih Clara. Dava meminta untuk Clara menjelaskan apa alasannya pergi begitu saja dan tidak pernah kembali lagi. Bahkan semua sosial media dan nomornya pun sampai tidak bisa dihubungi. Membahas hal tersebut tentu membuat suasana menjadi tegang. Tetapi Clara memang sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk bercerita dan menjelaskan semuanya pada Dava. Dan setelah bercerita panjang, akhirnya momen menegangkan itu terlewati, sebuah senyum dan tawa pun tercipta dari bibir keduanya karna membahas hal yang lain.

"Udah lama banget aku gak liat senyum sama ketawa kamu yang indah kayak gini, Ra," ucap Dava tiba-tiba disela tawa mereka. Membuat Clara langsung terdiam dan menjadi salah tingkah.

"Ada ada aja kamu!" bantah Clara. "Emang pemandangan, indah?" Lalu wanita itu tertawa pelan.

Tawa Dava terhenti. "Aku boleh nanya sesuatu lagi sama kamu?" tanya pria itu mulai serius kembali.

"Soal apa, Dav?" Clara mulai sedikit takut.

"Kamu, udah nikah?" tanya Dava dengan ragu-ragu.

Clara tersenyum. "Belum, Dava."

Dava menghela napas lega.

"Kenapa?"

"Ya gak papa, sih, cuma nanya doang. Kirain kamu udah nikah sama bule disana."

"Kalo pun aku udah nikah sama bule disana, aku pasti udah undang kamu."

"Kamu pikir aku bakal dateng?"

"Ya gak tau sih." Clara mengangkat kedua bahu. "Yang penting kan aku udah undang."

"Kalo pacar?" Dava menatap Clara.

Clara pun refleks menatap Dava, lalu ia menggeleng. "Enggak juga."

"Masa sih?"

"Iyaa, beneran."

"Kenapa? Emang bule disana gak ada yang ganteng, ya?"

Clara menghela napas pelan. "Hmm, yang ganteng, sih banyak. Yang ngejar aku juga ada. Tapi aku aja yang males."

"Males kenapa?"

"Ya lagi males aja buat pacaran gitu. Ribet."

Dava hanya mengangguk angguk paham.

Dan keduanya sama-sama diam untuk beberapa saat.

"Kalo, kamu?" tanya Clara sedikit ragu.

"Kenapa aku?"

"Udah nikah? Udah ada istri ya, kamu?"

Dava tertawa pelan, lalu menggeleng. "Belum."

"Kenapa?" tanya Clara penasaran. Ia berharap bisa menjadi salah satu alasan Dava belum memutuskan untuk menikah. "Emang kamu belum ada calon?"

"Hmm, udah sih."

"Oh.." Clara langsung menunduk dan menatap kearah lain begitu mendengar jawaban Dava. "Trus kenapa gak kamu ajakin buat nikah?"

"Aku takut aja."

"Takut kenapa?"

"Takut dia bakal nolak aku."

"Emang udah pernah kamu coba tanya?"

Dava menggeleng. "Belum."

"Coba aja dulu makanya biar tau," ucap Clara seperti kurang bersemangat.

Dava mengeluarkan ponsel dari dalam waist bag nya. "Kalo menurut kamu bagusnya kalimatnya gimana?" Pria itu susah payah sejak tadi menahan senyumnya. Ia begitu gemas melihat ekspresi wajah Clara.

Still About UsWhere stories live. Discover now