Seorang pria sedang duduk sambil mengaduk minumannya di sebuah cafe. Ia membuat janji dengan temannya untuk bertemu disana. Namun orang yang ditunggu masih belum datang.
Dava memandangi layar ponselnya "Clara, sampai saat ini aku belum tau apa salah aku dan kenapa kamu bisa marah banget sama aku. Aku gak tau apa yang udah aku lakuin sampai bikin kamu sebenci itu sama aku," tutur pria itu. "Hanya satu hal yang aku tau, seharusnya kamu gak pernah mainin perasaan aku. Buat aku percaya kalo kamu memang beneran sayang sama aku." Lalu ia mengusap pelan layar ponselnya.
"Hai, Dav. Sorry ya gue telat," tutur Karine mulai duduk diseberang Dava. Ya, Dava membuat janji dengan Karine untuk bertemu. Mereka membahas perihal Clara. Apa lagi yang ingin mereka bahas jika bukan wanita yang sedang jauh di negri orang itu?
"Iya gak papa, Rin. Santai." Dava tersenyum. "Lo sendiri?"
Karine menggeleng. "Dianter sama Aldrian tadi. Cuma dia mau pergi dulu katanya mau beli sesuatu."
"Bali apaan?"
"Gak tau deh gue. Barang dialah pokoknya." Karine tertawa.
"Dia gak bakal cemburu, kan?"
"Yakali Dav!" Karine melambaikan tangannya. "Ini juga kan gak pertama kali. Lagian dia paham kok, lo mau nanya-nanya soal Clara doang."
"Iya sih. Gue juga udah jelasin waktu itu. Bagus, deh."
"Iyaa. Eh gue pesen minum dulu deh, ya?"
"Iya pesen aja dulu."
Karine memanggil pelayan dan segera memesan minuman untuknya. Ia juga memesan cemilan untuk mereka.
"Gimana keadaan Clara, Rin?" tanya Dava membuka suara.
"Udah baik, Dav."
"Syukur deh, alhamdulillah."
"Iyaa. Cuma sekitar 3/4 harian doang tu anak sakitnya kemarin. Biasalah."
Seorang pelayan datang dan meletakkan pesanan diatas meja mereka. Setelah itu pelayan tersebut langsung pergi kembali meninggalkan mereka.
"Rin,"
"Ya? Lo mau nanya apa? Tanya ajaaa."
"Clara udah punya pacar ya, disana?" tanya Dava takut sambil memperhatikan layar ponselnya yang terpasang foto Clara.
Karine menatap Dava. "Belum, Dav," jawab wanita itu. "Dan mungkin gak akan."
Dava mendongak. "Maksud lo?"
"Ya lo pikir aja, pacarnya disini, masa dia punya pacar disana?"
Dava menghembuskan napas pelan, lalu bersandar dikursi. "Apa dia masih anggap gue pacarnya?"
"Kemarin gue telfonan sama Clara," ucap Karine. "Gue kasih tau dia soal gue mau tunangan sama Aldrian. Dan gue bilang, gue gak mau tau pokoknya dia harus dateng diacara gue nanti."
"Trus dia jawab apa?"
"Dia nangis."
"Hah? Nangis kenapa? Segitu gak maunya dia balik, ya?"
"Bukan gitu, Dav."
"Terus?"
"Jadi kan yaudah gue ancem tuh. Dia mau kok dateng diacara gue nanti-"
"Lo serius?" potong Dava.
"Iyaa, Dav."
"Berarti gue bisa ketemu sama dia dong, ya?"
Karine mengangguk. "Trus gue tanya, apa dia gak mau balik sebelum itu. Trus dia jawab-"
"Dia jawab apa, Rin?"
YOU ARE READING
Still About Us
Romance[SEQUEL of HOPE YOU KNOW] Memutuskan untuk pergi tanpa tahu kebenarannya merupakan tindakan yang bodoh. Meninggalkan segala kenangan beserta seseorang yang berperan penting dalam kehidupan. Dalam persoalan cinta, tidak selalu berada pada fase bahagi...