Tidak terasa sudah hampir dua belas hari Clara berada di negara asalnya, Indonesia. Wanita itu mendapatkan jatah cuti selama enam belas hari dari kantornya, yang berarti empat hari lagi Clara harus berada di Manhattan, New York. Namun Clara sudah berencana untuk menghabiskan waktunya dengan jalan-jalan ke tempat objek wisata atau hanya sekedar mengelilingi Kota Jakarta.
Ponsel Clara tiba-tiba berbunyi. Wanita itu menggeser layar ponsel begitu melihat nama yang tertera disana. Dava.
"Iya, hallo, Dav."
"Ra, kamu hari ini ada acara gak?"
"Hmm, enggak sih. Kenapa?"
"Jalan-jalan, yuk?"
"Ayoo banget!!"
"Hahaha, semangat banget, Mba."
Clara menyengir, seolah Dava dapat melihatnya. "Abisnya aku juga pengen banget jalan-jalan."
"Yaudah ayo!"
"Oke, aku siap-siap dulu, ya."
"Oke. Sekitar lima belas menit lagi aku jemput kamu, ya."
"Iya, oke."
"See you, Calon Istri!"
Clara terkejut. Mata wanita itu membulat besar. Apa tadi katanya? 'Calon istri?'
"Hallo!? Clara?"
"Eh, iya, Hallo."
"Kok diem sih?"
"Hah? Eh iya maaf, Dav."
"See you, Calon Istri!?"
"Ih, kamu apaan sih."
"Loh? Kan emang bener, kan?" Dava tertawa. "Kamu juga kan udah nerima lamaran aku waktu kemarin."
"Ya... iya, sih."
"Yaudah apa yang salah coba?"
Dava tau betul pasti Clara terkejut karna mendengar ucapannya tadi. Setelah beberapa tahun tidak bertemu dan lost contact, antara Dava dan Clara memang menjadi sedikit canggung. Ya meskipun Dava berusaha untuk terlihat biasa saja seperti dulu, ditambah lagi dengan keinginan pria itu untuk memper-istri Clara.
"Ih, udah ah! Kamu ngajakin ngobrol mulu. Ntar aku jadinya gak siap-siap."
"Oh iya, yaudah siap-siap, gih."
"Oke. Aku tutup ya. Bye!" Clara langsung mematikan sambungan telepon. Ia takut Dava akan mengucapkan kata-kata yang akan membuatnya terkejut lagi.
Clara meletakkan ponselnya diatas kasur, lalu mulai bangkit untuk segera bersiap-siap.
♥♥♥
Clara sudah siap dengan jumpsuit berwarna babypink. Rambut yang dicepol asal membuat penampilan Clara terlihat simple, tetapi tetap cantik. Sneakers berwarna putih polos menjadi pilihan Clara untuk melindungi kedua kakinya nanti. Arloji putih pun dipilih Clara agar senada dengan warna sneakers yang dikenakannya. Setelah dirasa cukup semua, Clara mulai keluar dari kamar. Tidak lupa ia mengambil sebuah tas selempang untuk tempat barang-barang bawaannya sebelum benar-benar meninggalkan kamar.
Suara klackson mobil Dava sudah terdengar begitu Clara sampai dilantai bawah. Wanita itu pamit terlebih dahulu kepada sang mama sebelum meninggalkan rumah.
"Mba, Clara jalan dulu, ya!" pamit Clara sambil berjalan pada Mba Tika yang sedang bersih-bersih di ruang tamu.
"Iya, Non Clara. Hati-hati ya, Non."
YOU ARE READING
Still About Us
Romansa[SEQUEL of HOPE YOU KNOW] Memutuskan untuk pergi tanpa tahu kebenarannya merupakan tindakan yang bodoh. Meninggalkan segala kenangan beserta seseorang yang berperan penting dalam kehidupan. Dalam persoalan cinta, tidak selalu berada pada fase bahagi...