Seorang wanita menggunakan pantsuit, atasan berupa blazer berwarna abu muda yang kedua lengannya sedikit digulung hingga siku. Celana panjang berwarna senada dikenakannya membuat penampilan wanita itu semakin terlihat sangat stylist. Ia sedang berjalan dari parkiran mobil sambil memasukkan kunci mobil kedalam tas. Kali ini sepatu heels menjadi pilihannya untuk melindungi kedua telapak kakinya. Rambut panjang terurai indah diterpa angin tipis dan tidak lupa senyuman manisnya mampu menyihir pasang mata yang melihat wanita itu. Clara berjalan santai memasuki kantor suami tercinta.
"Selamat siang, Bu Clara," sapa seorang pegawai wanita dengan tersenyum.
Clara membalas senyuman. "Iya, siang juga." Wanita itu lanjut berjalan menuju ruangan sang suami.
Ditengah perjalanan ia berjumpa dengan Ghina. Awalnya Clara tidak menghiraukan itu, hingga akhirnya Ghina bersuara.
"Maaf, Bu," ucapnya. "Pak Dava nya masih meeting."
"Oh iya ya?" Clara mendongak. "Makasih ya atas infonya." Belum sempat Clara melanjutkan langkahnya, Ghina kembali bersuara.
"Hmm, trus mau ngapain ya, Bu?"
"Ya mau ketemu suami saya." Clara menatap Ghina. Sejujurnya Clara sangat malas untuk berbicara dengan sekretaris suaminya ini.
"Tapi Pak Dava nya masih di ruang meeting, Bu."
"Iya gak-" Belum sempat selesai ucapan Clara, wanita itu melihat sosok suaminya yang sedang berjalan dari arah yang berlawanan. Senyum pun terbit dibibir Clara. "Mas!" Ia berlari kecil agar cepat sampai dihadapan suaminya.
"Jangan lari, Sayang!" pinta Dava, namun Clara sudah hampir sampai.
Clara langsung memeluk tubuh Dava. "Kangen."
Dava tersenyum menghela napas pelan. "Malu ih, ini lagi di kantor, Sayang." Pria itu melihat sekitar, ada beberapa pegawainya yang berlalu lalang.
"Biarin!" ucap Clara dengan nada menggemaskan. "Kan peluk suami aku sendiri." Wanita itu mendongak untuk melihat wajah suaminya. "Sekalian biar sekretaris kamu itu sadar kalo kamu udah punya aku!" sambungnya kesal didalam hati.
"Yaudah, yuk, ke ruangan aku." Mereka melepaskan pelukan dan Dava menggandeng tangan Clara. Keduanya berjalan dengan gembira menuju ruangan Dava. Meninggalkan seorang wanita yang sangat panas dan cemburu melihat kemesraan sepasang suami istri itu.
"Ada apa, Sayang?" tanya Dava begitu mereka masuk ke dalam ruangan Dava. "Kok tiba-tiba kamu ke kantor aku?"
"Ya gak papa. Cuma lagi pengen aja. Emang kenapa?" Clara menatap Dava tajam. "Gak boleh, ya?"
"Loh, bukan gitu, Sayang, maksudnya."
"Trus apa, dong?" Tatapan Clara masih tajam.
"Engga, aku kirain ada yang mau kamu sampein, gitu"
"Enggak kok, Mas. Emang cuma pengen mampir aja." Clara tersenyum. "Kamu pulang jam berapa?"
"Ini bentar lagi aku pulang." Dava mulai membereskan meja kerjanya. "Beresin ini dulu. Sama ada satu data yang mau aku cek."
"Oh yaudah kalo gitu. Aku tungguin, ya." Clara mengeluarkan ponsel dan mulai memainkannya.
Ponsel Clara tiba-tiba berbunyi. Nama Alvin tertera dilayar ponsel dengan panggilan vidio.
"Hai!" teriak Clara antusias. "Ih udah lama banget ya, lo gak ada hubungin gue!"
"Aduh, Ra. Sakit nih telinga gue. Gak usah pake teriak kenapa, sih?!"
"Biarin!"
"Lagian gak lama-lama banget, ya, gue gak hubungin lo. Kan kemarin lo lagi honeymoon, ya gue gak enaklah buat ganggu. Kan lagi mau bikin anak." Lalu pria diseberang telepon tertawa.
YOU ARE READING
Still About Us
Romance[SEQUEL of HOPE YOU KNOW] Memutuskan untuk pergi tanpa tahu kebenarannya merupakan tindakan yang bodoh. Meninggalkan segala kenangan beserta seseorang yang berperan penting dalam kehidupan. Dalam persoalan cinta, tidak selalu berada pada fase bahagi...