"Hallo, Sam."
"Hallo, kamu kerja kan?"
"Iya, kenapa?"
"Aku antar, ya?"
"Hah? Ngapain? Gak usah."
"Gak papa."
"Ngerepotin ntar. Gak usah."
"Apaan sih, gak ngerepotin kok. Tunggu ya, 10 menit lagi aku nyampe."
"Yaudah deh. Hati-hati, yaa."
"Iyaa Clara."
Sambungan telepon terputus.
Aylmer Samuel. Pria itu begitu baik kepada Clara. Membuat Clara selalu merasa tidak enak karna Samuel terus saja membantunya. Clara pun mencoba bersikap baik kepada Samuel. Namun ternyata sikap baik Clara disalah artikan oleh Samuel. Pria tersebut menyimpan rasa terhadap wanita cantik yang berasal dari Indonesia itu. Samuel beranggapan bahwa Clara baik kepadanya karna wanita itu juga memiliki perasaan yang sama. Padahal ternyata dugaannya salah. Clara murni hanya menganggap Samuel sebatas teman saja, tidak lebih. Masih belum bisa bagi wanita itu untuk menjalin hubungan lebih dari sebatas teman kepada seorang pria.
Clara berdiri didepan gedung apartemennya. Menunggu Samuel yang akan menjemputnya. Sebenarnya Clara risih karna Samuel terlalu baik padanya. Wanita itu takut akan membuat Samuel kecewa. Tapi mau bagaimana, ia juga tidak bisa memaksakan diri untuk menjalin hubungan lebih dari seorang teman.
"Hai," sapa Samuel begitu sampai dan ingin turun dari mobil.
"Hai. Kamu gak usah turun. Aku bisa sendiri, kok," ucap Clara dan mulai masuk kedalam mobil Samuel.
Samuel menjalankan mobilnya ketika Clara sudah masuk.
Tidak ada percakapan diantara keduanya. Hanya suara radio yang mengisi dalam mobil.
Samuel berdeham. "Hmm, Ra."
"Iyaa."
"Aku minta maaf, ya?"
Clara menoleh. "Buat?"
"Kejadian dua hari yang lalu."
Dua hari yang lalu Samuel nekat mengutarakan perasaannya kepada Clara. Di New York Botanical Garden, saat mereka berdua berkunjung kesana. Namun Clara hanya diam tidak menjawab karna ia terkejut atas ungkapan yang diutarakan Samuel. Wanita itu masih tidak menyangka ternyata Samuel menaruh perasaan padanya. Padahal selama ini ia hanya menganggap Samuel sebagai teman.
"Iya gak papa, kok. Aku juga minta maaf, ya." Clara menatap jalanan lurus kedepan. "Aku gak bisa."
"Iya aku paham. Kamu masih belum bisa move on dari Dava mantan kamu itu, kan?"
"Bahkan dia belum bisa dibilang mantan aku, Sam. Gak ada kata putus diantara kita."
"Kamu yakin dia masih sayang sama kamu?"
"Aku sadar, disini sebenernya aku yang salah. Aku egois dan bodoh dengan main pergi gitu aja ninggalin dia," tutur Clara. "Tanpa dengerin dulu cerita dari dia. Aku percaya dia, dia gak mungkin jahat sama aku. Tapi waktu itu aku kalah dengan ego. Aku lebih milih buat percaya dengan apa yang aku lihat."
"Kalo gitu kenapa kamu gak coba buat hubungin dia? Perbaiki hubungan kalian?"
"Aku takut kalo dia udah bahagia dengan mantannya itu."
"Kamu selalu beranggapan dengan apa yang kamu pikirin. Padahal itu belum tentu benar, Clara."
"Aku masih belum sanggup, Sam."
YOU ARE READING
Still About Us
Romance[SEQUEL of HOPE YOU KNOW] Memutuskan untuk pergi tanpa tahu kebenarannya merupakan tindakan yang bodoh. Meninggalkan segala kenangan beserta seseorang yang berperan penting dalam kehidupan. Dalam persoalan cinta, tidak selalu berada pada fase bahagi...