[5] Aamiin Paling Serius

212 19 10
                                    

Langit tampak begitu cerah pagi ini. Matahari mulai bersinar menerangi bumi. Pohon-pohon tampak sejuk dengan dedaunan yang berwarna hijau cerah. Burung-burung pun menari diudara secara berkelompok. Seorang pria dengan baju kaos dan juga celana traning sedang berlari santai di sebuah taman. Ia terlalu fokus berlari dengan earphone yang terpasang sempurna ditelinganya. Sudah lama sekali rasanya ia tidak melakukan olahraga ringan tersebut. Biasanya pria itu melakukannya bersama seorang wanita yang disayanginya.

Tiba-tiba pria itu bertemu dengan seorang wanita, yang juga melakukan kegiatan seperti dirinya.

"Hai, Rin!" sapanya kepada wanita tersebut.

"Eh, Hai Dav!"

"Lo sendirian?"

"Iya nih. Aldrian lagi males joging katanya."

Dava hanya membulatkan bibirnya sambil mengangguk mengerti.

"Lo? Sendirian?"

"Sama siapa lagi emang?" Dava menghela napas kasar. "Cewek yang biasa nemenin gue gak tau dimana."

Karine sedih mendengar ucapan Dava. "Maafin gue, Dav."

Dava tertawa pelan. "Enggak, kok. Bukan salah lo juga," ucap pria itu. "Mungkin emang gue ada salah sama dia. Sampai dia pergi ninggalin gue, bahkan gak mau balik."

"Dav-"

"Gue sayang banget, Rin, sama Clara." Dava menoleh ke Karine. "Gak ada yang bisa gantiin dia dihati gue."

"Gue tau, Dav. Gue bahkan udah liat sendiri kenyataannya." Karine mencoba tersenyum. "Andai gue bisa kasih tau lo dimana Clara."

"Dia apa kabar, Rin?" Dava dan Karine mulai berjalan. "Dia baik-baik aja kan?"

"Baik, Dav," jawab Karine.

Dava mengela napasnya panjang. "Gue kangen banget sama dia."

"Gue yakin dia juga kangen banget sama lo, Dav."

"Gak mungkin."

"Clara masih sayang banget sama lo, gue yakin."

Dava menoleh. "Kenapa lo bisa seyakin itu?"

Karine menghela napas. "Beberapa tahun belakangan, dia selalu menyibukkan diri biar bisa lupain lo, pengennya dia," tutur Karine. "Pas kuliah, dia coba nyibukin diri dengan ikut berbagai kegiatan. Atau bahkan kerjanya dia cuma baca buku atau novel gitu. Tapi gue rasa dia tetap gak bisa lupain lo. Dan sekarang dia kerja, dia coba-"

"Oh, dia tetap lanjutin kerja disana?"

Karine mengangguk. "Dia juga coba sibuk dengan kerjaannya. Biar bisa lupain lo. Tapi gue rasa juga dia gak bakal pernah bisa, Dav, lupain lo."

"Kenapa lo bisa ngomong seyakin itu?"

"Karna gue yang liat gimana lo berdua. Gue liat lo berdua saling sayang." Karine duduk disebuah bangku panjang. "Meskipun dia selalu menghindar dan gak mau kalo gue bahas soal lo, tapi gue yakin dia masih sayang banget sama lo."

"Trus gue harus apa, Rin? Gue mau banget nyamperin dia. Tapi gue takut nanti dia malah ngebenci gue."

"Sebenernya disini tuh yang harus berjuang Clara, Dav," ucap Karine. "Dia terlalu egois memang cuma nyimpulin sesuatu dengan pikiran dia doang."

"Tapi, Rin-"

"Beberapa hari belakangan ini dia selalu mimpiin lo katanya."

Dava menoleh. "Hah?"

"Dia jadi semakin ngerasa bersalah dan dia mulai nyesel karna udah ngambil tindakan bodoh dengan ninggalin lo gitu aja tanpa dengerin dulu penjelasan dari lo."

Still About UsWhere stories live. Discover now