BAB 20: Gadis yang Menyebalkan

150 21 12
                                    

BRANDON

Raut wajah Iin berubah seketika. Dia belum tahu bagaimana kalapnya Mama ketika berbelanja. Beliau pernah mengajakku ke mall beberapa kali, ketika Gadis tidak menginap di rumah. Biasanya sepupuku itulah yang menjadi temannya saat belanja.

"Ngeeeeeng." Tiba-tiba terdengar teriakan suara cempreng memanggil dari luar kamar.

Aku mendesah saat tahu siapa yang akan muncul sebentar lagi di rongga pintu. Dalam hitungan detik seorang gadis berambut pendek, lengkap dengan bando mirip kuping kelinci, celana jeans selutut dan tanktop berjalan mendekat. Dia langsung melingkarkan tangan di leher.

"Sakit, Dis. Gue hampir sesak napas ini," protesku susah payah menyingkirkan tangannya dari leher.

"Jalan yuk, Ngeng. Bete nih," celetuk Gadis.

"Nggak ah, lagi belajar."

Gadis tertawa keras. "What? Sejak kapan lo belajar?"

Aku mengerling ke arah Iin yang hanya bingung melihat tingkah kami berdua.

Paras Gadis berubah usil, tampak jelas dari tarikan bibirnya yang tipis. "Belajar apa belajar?"

"Akhirnya playboy ini pacaran juga ya Tuhan," serunya sambil bertepuk tangan.

Aku langsung menutup mulutnya. "Apa-apaan sih, baru datang udah ribut aja."

Gadis menyeringai melihat ke arahku dan Iin bergantian. "Cantik juga nih. Kok nggak cerita sih, Ngeng? Gitu lo sekarang sama gue ya," cecarnya penasaran.

"Ini teman gue, Dis. Kita sekarang lagi belajar. Nggak lihat nih?!" jelasku melirik buku yang ada di atas meja.

Sepupuku melihat Iin lekat sambil mengetuk ujung jari di dagu mungilnya.

"Beneran lo temannya si Cengeng?"

Sumpah demi apa, Gadis annoying sekali sampai sebut nama panggilan yang disematkannya kepadaku sejak kecil. Hufh!

"Cengeng?" tanya Iin menatap bingung Gadis.

"Iya si Cengeng," jawabnya sambil menggerakkan kepala ke arahku.

"Bisa nggak stop panggil gue begitu? Kita udah nggak anak-anak lagi, Dis. Udah gede loh," kesalku kepada Gadis.

Gadis kembali menyeringai. Dia menggerakkan telunjuk meminta Iin mendekat ke arahnya.

"Si Brandon itu waktu kecil cengeng banget. Minta apa-apa pasti merengek. Anak manja tuh," bisiknya masih terdengar jelas olehku.

"Gue bisa denger apa yang lo bilang, Dis."

Gadis terpingkal sambil menepuk paha sendiri. Entah apa yang lucu sehingga dia begitu. Sementara Iin tersenyum penuh makna, mungkin tahu lagi kelemahanku.

"Oya, kita belum kenalan. Nama gue Gadis Letisia Harun, panggil aja Gadis. Usia gue setahun di atas si Cengeng," ujarnya memperkenalkan diri kepada Iin.

"Arini Maheswari, panggil Arini aja, Kak. Aku temannya Brandon, satu sekolahan," balas Iin memperkenalkan diri.

"Jadi beneran kalian cuma temenan?" Raut wajah Gadis tampak kecewa.

Iin mengangguk yakin. "Hanya teman, nggak lebih."

"Yah, baru senang tuh tadi padahal. Si Cengeng nggak pernah bawa cewek ke rumah soalnya. Apalagi sampai masuk kamar yang katanya privacy banget." Gadis mencibir kepadaku.

"Gue aja susah banget tuh masuk ke sini. Pilih kasih emang nih anak," tuduhnya sambil mengacungkan telunjuk ke arahku.

Konsentrasi belajar hilang sudah, karena kehadiran Gadis.

JUST FRIEND (Trilogi JUST, seri-1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang