ARINI
Jantung nyaris copot. Panik banget waktu lihat Uda David datang. Brandon pasti ingat sama motor dan helm yang dipakainya. Apalagi gue ngaku-ngaku pacaran sama cowok yang sering anterin ke sekolah. Kepala langsung menoleh ke arah Bran. Pandangannya nggak lepas dari Uda sekarang.
"Pacar lo 'kan, In?" cetusnya kemudian.
Jangan sampai Uda buka helm sekarang. Gue harus lakukan sesuatu agar Bran nggak tahu kalau dibohongi.
"Sebentar, Bran," seru gue meninggalkannya sendirian.
Gue bergegas berlari menuju pagar, sebelum Uda turun dari motor dan membuka pagar. Begitu tiba di dekatnya, tangan ini langsung memegang lengan Uda David.
"Jangan buka dulu, Da," cegah gue.
Dia pasti bingung sekarang dengan kelakuan adiknya.
"Kenapa sih, Ri?"
"Jangan buka helm dulu sekarang." Gue memejamkan mata dengan iras cemas.
"Kenapa?" tanya Uda David lagi.
"Nanti Ari ceritakan deh. Sekarang Uda jangan masuk dulu. Muter dulu ke mana kek sampai Ari dan Brandon pergi."
"Kamu aneh deh, Dek," ujar Uda David pasti penasaran banget.
Gue meraih tangan Uda dan menggenggamnya erat. "Uda, please! Bantuin Ari sekarang dulu ya? Hmmm ... nanti pulang Ari ceritain deh."
Bahu Uda tampak naik sebentar, kemudian turun lagi. "Ya udah. Kamu hutang cerita sama Uda. Awas kalau nggak bilang nanti."
Akhirnya bisa lega, setelah Uda menyalakan motor lagi lalu pergi. Gue memejamkan mata, menarik napas dan mengembuskannya perlahan berusaha menenangkan diri. Bran nggak boleh tahu kalau diri ini sempat panik sekarang.
"Kok disuruh pergi, In?" Brandon melihat gue bingung.
"Itu ... tadi cuma mau ketemu sebentar aja," sahut gue asal.
Dia melihat mata ini bergantian. Mampus, bisa tahu kalau gue lagi bohong.
"Kali aja kangen tuh, trus mau ngajak lo jalan."
Gue langsung menggeleng cepat. "Nggak kok. Dia cuma lewat doang, jadi mampir bentar. Apalagi ada Papa di dalam."
"Emang kenapa ada Om Yunus?" Bran menyipitkan mata, kemudian tersenyum usil. "Kalian backstreet ya?"
"Udah ah, berangkat sekarang yuk! Biar bisa bantu Tante masak juga."
Brandon bergeming sambil memasang tampang tengilnya lagi.
"Entar gue ceritain deh."
Gue mendelik sambil melirik ke atas motor, memberi kode agar segera pergi sebelum Uda David balik lagi.
"Serem amat tuh mata kalau udah kayak gitu, In," kata Bran bergidik sambil menyerahkan helm.
"Bodoh amat ya!"
Dia malah cekikikan sekarang. Nggak lama kemudian, motor pergi meninggalkan halaman rumah.
"Emang pacar lo nggak cemburu?" teriaknya kenceng.
"Cemburu?"
"Iya, 'kan lo pergi sama gue. Gimana sih?"
"Nggak kok. Pacar gue orangnya nggak cemburuan."
Dia menganggukkan kepala sekali. "Nggak cinta berarti sama lo."
"Emang kalau nggak cemburu, nggak cinta gitu?"
"Ya, kata orang-orang cemburu tanda cinta lho," tanggap Bran.
"Makan tuh cinta," celetuk gue nggak sadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST FRIEND (Trilogi JUST, seri-1)
Novela JuvenilFollow akun penulis dulu yuk, sebelum dibaca ^^ Sebuah kesalahpahaman membuat Brandon dan Arini saling membenci. Sebuah kejadian lain membuat keduanya menjadi dekat, JUST FRIEND. Sebuah keputusan, kemudian memisahkan mereka, setelah menjalin persaha...