BAB 15: Kunjungan Brandon

169 22 19
                                    

ARINI

Hari ini gue nggak masuk sekolah. Bangun tidur badan tiba-tiba panas 38,5 derajat celsius. Mungkin efek kepanasan di atap kemarin, hampir satu jam loh itu. Untung saja Brandon cepat datang, kalau nggak sudah pingsan tuh.

Beruntung siang ini panasnya turun, setelah keluar keringat banyak. Gue jadi bisa duduk di ruang tamu sambil nonton. Besok juga bisa ke rumah Brandon buat menunaikan janji.

"Sudah minum obat lagi siang ini, Ri?" tanya Mama setelah menata barang belanjaan, karena baru pulang dari pasar.

"Udah nggak panas lagi kok, Ma. Nih coba rasain deh," jawab gue sambil memajukan kening.

Mama menempelkan telapak tangan di jidat, lantas mengangguk. "Syukur Alhamdulillah sudah turun. Mama jadi tenang."

"Kamu kemarin ke mana saja, bisa sampai demam tinggi?"

"Itu, Ari—"

Ting-tong!

Baru mau menjawab pertanyaan Mama, terdengar bel berbunyi.

"Biar Mama saja. Mungkin David dan Donny yang pulang Jumatan. Tadi pintu Mama kunci." Mama langsung berdiri dan beranjak menuju pintu.

"Arini ada, Tante?" Terdengar suara yang cukup akrab di telinga.

Gue berpikir sebentar suara siapa itu? Kepala langsung menoleh ke arah pintu dan benar, ternyata itu Brandon. Mampus! Ngapain dia ke rumah? Panik langsung melanda. Gimana kalau dia sampai cerita tentang kejadian kemarin sama Mama? Bisa kacau balau.

"Ada. Temannya Ari, ya?" Mama kayaknya mulai menginterogasi Brandon.

"Iya, Tante. Tadi aku dengar Arini sakit. Kebetulan Jumatan di masjid Baitul Ihsan Bank Indonesia, jadi sekalian mampir." Brandon pintar banget cari alasan. Sejak kapan dia Jumatan di sini?

Duh, jangan sok tahu deh, Ri. Kali aja selama ini dia memang Jumatan di masjid Baitul Ihsan, gerutu gue dalam hati.

"Oya, perkenalkan namaku Brandon, Tante." Kayaknya Brandon memperkenalkan diri sekarang sama Mama.

"Masuk dulu, Brandon. Tuh Ari lagi nonton," kata Mama.

Waduh! Brandon datang ke sini dan gue belum mandi dari pagi. Tangan ini auto menarik kerah baju kaus agar bisa mengendus bau badan sendiri. Bau asem ih. Gimana nih? Ah, cuek aja orang lagi sakit dan Bran nggak mungkin duduk deket gue, jadi masih aman.

Secepat kilat gue melepaskan rambut dan menggulungnya lagi ke atas, biar nggak gerah. Padahal ada AC juga di rumah. Nggak lama kemudian Bran muncul di ruang tamu. Dia tersenyum kaku, mungkin karena pertama kali datang ke sini sama kayak gue kemarin baru sampai di rumahnya.

"Duduk dulu, Brandon. Kamu mau minum apa?" tawar Mama.

"Nggak usah Tante, makasih. Aku mau jenguk Iin aja," tolaknya halus dan sopan.

Ini anak ternyata bisa sopan juga ya. Kirain bakalan belagu sama semua orang.

"Ngobrol sama Ari dulu ya, Tante mau ke dapur sebentar," ujar Mama sebelum beranjak ke dapur.

Pandangan ini belum beranjak dari Mama, sampai menghilang di balik pintu dapur. Setelahnya beralih ke arah Brandon.

"Ngapain lo ke sini?" bisik gue gusar.

"Jenguk lo dong. Lova bilang lo demam, jadi nggak datang ke sekolah."

Gue mau protes, namun si Brandon langsung ngomong lagi. "As friend, jangan salah paham."

Punggung ini kembali bersandar.

"Kok bisa demam sih? Karena kemarin langsung mandi waktu sampai ru—"

JUST FRIEND (Trilogi JUST, seri-1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang