"Jodoh itu dekat. Manusia aja yang maruk, jelalatan ngeliatin jodoh orang, melototin yang jauh."
.
."Stop atau gue loncat sekarang?!" Ucap Ayu spontan dan lantang tepat disisi kepala Gilang.
"We we weh.." Ucap Gilang gelagapan karena Ayu sudah mencengkram pundaknya dan bersiap untuk berdiri. Antara panik, lucu dan_entah lah. Gilang sama sekali tak menyangka jika gurauannya akan ditanggapi dengan serius oleh Ayu.
"Stop! Atau loncat?!" Ulang Ayu tegas sambil menatap Gilang yang sepertinya tengah menahan tawanya dibalik helm full face nya itu.
"Lo percaya? hahaha aha" Akhirnya Gilang pun tak bisa menahan tawanya lagi. Ekspresi Ayu, nada bicara Ayu. Dan tingkahnya membuat Gilang tertawa terbahak-bahak.
"Lo bercanda??!" Tebak Ayu diselingi kekesalan. Meneliti air muka Gilang yang setengah tertutup helm, namun cukup meyakinkan jika lelaki itu masih terkekeh kecil.
"Mana tega yu yu" Kata Gilang lembut, kali ini tawanya sudah hilang. Hanya terlihat mata yang menipis, menandakan bahwa Gilang tengah tersenyum.
"Ihh.!!"
"Aduh duh awh" Teriak Gilang kecil saat merasakan cubitan di pinggangnya. Menggeliat-geliat, sampai sampai tangan kirinya melepas kendali stang dan beralih mencari cari tangan si pelaku tadi.
Sepeda motor yang dikendarai pun oleng ketika secara tak sengaja ada motor lain yang melewati mereka dengan kecepatan tinggi dan jaraknya sangat dekat. Keduanya pun sempat terkejut karena kemudi Gilang yang menggunakan satu tangan saja.
"Astaghfirullah halazimm" Ucap Ayu terkejut. Tangan Ayu yang semula mencubiti Gilang pun seketika berganti menjadi dekapan. Wajahnya tertempel sempurna dipunggung Gilang.
"Woy!! Ngga punya mata ya lo?!! Jalanan lebar lebar make nyrempet nyrempet!!." Kesal Gilang setengah berteriak karena terkejut. Bahkan hampir berdiri di motornya.
Kemudian menyadari dekapan tangan Ayu yang hangat di pinggangnya, Gilang menyeringai kegirangan.
"Bisa aja lo modusnya" Katanya, menyentuh tangan Ayu yang melilit pinggangnya dan menggenggamnya, mengunci dekapan Ayu disana.
"Eh. Ya kan kaget" Balas Ayu menjauhkan tubuhnya, menarik paksa tangannya yang tadi mendekap tubuh Gilang hangat.
"Lepasin"
"Udah terlanjur juga."
"Terlanjur? Terlanjur apa?"
"Terlanjur nyaman eaa"
"Ihh__ maluu diliatin orang"
"Lo tau ??" Dan akhirnya Ayu pun merelakan tangannya bertengger disana selama beberapa saat kedepan.
"Apa? "
"Rasa itu ngga datang dengan permisi. Dia datang langsung beraksi, mengeksekusi, menjatuhkan hati, lalu pergi." ucap Gilang tenang, air mukanya nampak masih menampilkan senyum, matanya meneliti Ayu dibalik punggungnya yang terdiam. Matanya menerawang jalanan.
Kok gelii sendiri ya
"Ga ada yang tau kapan dia datang. Dari mana dan bagaimana.Tak terkecuali gue. Mungkin berawal dari kata cantik, lalu gue simpatik, mungkin sesekali gue juga mengusik. Tapi asal lo tau , rasa ini semakin menjadi seiring waktu. Tanpa harapan pun, rasa ini tetap jalan."
Lang lang, sok puitis banget si lo!! Makinya pada diri sendiri.
Dibalik punggung Gilang, tepatnya Ayu disana. Menyembunyikan segala ekspresi yang sulit untuknya. Netranya berbohong. Matanya memang menerawang jalanan, tapi telinga dan hatinya tak bisa berbohong.