.
.
."Pede banget lo lubang semut! Pesen gih. Keburu makin malem." Hanan pun menurut dan beranjak pergi menghampiri gerobak tukang bakso.
Twing!
Genta km: Besok kita belanja perlengkapan kelas. Lo rinci apa yang dibutuhin dulu. Besok kita ke rumah Dewi ambil duit. Baru kita belanja.
Sebuah pesan masuk ke ponsel Nadhin, setelahnya Nadhin mengernyit kan dahinya.
To the poin banget ni orang.
Besok minggu?
Iya minggu. Kata Bu Cahya biar senin udah siap pakai. Lo keberatan?
Ooh. Enggak kok. Ok.
Gue jemput ke rumah atau gimana besok?
Nadhin terlihat mengernyitkan dahi sejenak. Besok hari minggu. Mama nya tidak bekerja.
Lo tunggu depan komplek aja ya.
Atau mau ketemuan
di pasar sekalian?Kita kan kerumah Dewi dulu ambil duit.
Gue tunggu didepan komplek aja deh kalo gitu.Oiya. Oke deh.
Setelah mendapatkan pesanan, mereka beranjak menghampiri motor dan bersiap pulang.
"Aduh! Awh!" Sebuah motor baru saja berhenti tepat disebelah mereka.
Terlihat dua remaja beda gender dengan si cewek yang asik cubat-cubit si cowok. Dan si cowok sekuat tenaga menahan jeritan kesakitan nya, sambil berusaha membalas si cewek.
Duh! Bisa ditempat lain ngga si?
Kayak kenal? Batin Hanan memasukkan kunci ke lubangnya sambil melirik sekilas dua manusia itu.
Setelah motor dinyalakan, barulah dua manusia itu menoleh dan berbarengan dengan Hanan yang sebenarnya akan melayangkan sapaan. "Mari ma."
"Hanan!" ucap Zaki semangat. Sangat tak menduga jika akan dipertemukan disini.
"Eh elo Jak! Gue kira siapa?" Nadhin yang tadinya fokus ke motor dan hendak menaiki motor jadi menoleh karena terkejut.
"Anjay, bisa kebetulan gini." ucap Zaki lagi. Hanan pun mematikan mesin motornya.
"Beli bakso?" tanya Hanan.
"Beli kursi plastik! Disini banyak tuh." jawab Zaki seadanya.
"Yakali Sultan belinya kursi plastik."
"Ogeb!" tambah Vivi yang sedari tadi hanya menjadi penonton.
"Eh? Siapa nih? Doi?" Hanan yang menyadari kehadiran sesosok perempuan itu jadi bertanya karena penasaran.
"Doi gue??!! Bisa mati cepet gue kalo punya doi modelan begini." Dan cubitan berhasil mendarat di pinggang Zaki, lagi. Tentunya dengan pelaku yang sama.
"Kayanya lo udah nemu hobi lo deh Pi. Cubitin gue." Nadhin yang melihatnya hanya terdiam ditempatnya. Lebih tepatnya tak tahu harus berbuat apa. "Ini bibi gue. Pipi, kenalin. Ini Hanan dan yang itu Nadhin."
"Lo bisa gak sih ngga usah mancing keributan sama gue hah!! " Vivi yang sangat tidak suka dipanggil Bibi itu akhirnya menggeplak lengan Zaki kuat-kuat. Dan Zaki meringis setelahnya.