.
.
"Hai," Panggil Nadhin pada Zaki yang baru saja turun dari motornya."Hai, gimana capek yah?" Zaki berjalan menghampiri Nadhin, lalu mengacak pucuk kepalanya saat sudah dekat. Nadhin mengangguk sambil meraih tangan Zaki, mereka berdua berjalan memasuki sekolah.
Ya, di minggu siang ini Zaki datang kesekolah untuk menemui Nadhin yang katanya sedang mempersiapkan sebuah acara bersama anggota OSIS lainnya. Zaki pun dibawa Nadhin ke ruang OSIS dan duduk berdua di sana sambil bercakap ringan.
"Nih, aku bawain makan siang, makan bareng mau nggak?" Tanya Zaki sambil membuka keresek yang ia bawa sedari tadi.
Nadhin mengangguk, dan mulai membuka bungkusan tersebut. Mereka berdua pun makan siang di ruang OSIS ini, Zaki mengedarkan pandangannya ke sekitar, ia heran kenapa tidak ada OSIS lain seperti Genta dan yang lain. Tapi ia tetap bahagia karena saat ini ia hanya berdua dengan Nadhin disana.
"Yang— aaaa." Pinta Nadhin dengan sesendok nasi dan lauk yang ia bawa kedepan mulut Zaki.
Zaki dengan lahap memakan makanan yang Nadhin berikan, tersenyum pada Nadhin yang duduk di sampingnya. Sungguh rasanya Zaki sangat bahagia hingga tak henti-hentinya tersenyum. Hatinya sangat gembira mendapat perlakuan manis dari seseorang yang ia suka.
"Dek—" Zaki mengerutkan keningnya, siapa yang memanggilnya dengan sebutan menyebalkan itu? Zaki rasa hanya ia dan Nadhin yang berada di ruangan itu. Nadhin pun masih sibuk menyendok kan nasi dari tempat makan yang ia bawa. Lalu siapa? Alis Zaki sampai terangkat karena heran, sembari terus mengunyah makanan.
"Dek— kalo laper bangun dong, dek bangun!" Zaki merasa badannya diguncang lumayan keras.
"Nghh—" Zaki menggeliat dikasurnya. Perlahan matanya membuka dan merem melek beradaptasi dengan cahaya yang masuk ke matanya.
Sedetik kemudian Zaki tersadar penuh. Zaki mendudukkan dirinya di kasur, dan menengok kanan kiri, lalu mendesah kecewa. Ternyata ia hanya mimpi.
"Mimpi apa hayoo, sampe mulut kamu ngunyah-ngunyah?" Tanya Mamah nya sembari melipat selimut Zaki.
"Ah nggak tau ah. Mau tidur lagi." Kesal Zaki menyadari itu hanyalah bunga tidur semata. Lalu ia merajuk, kembali membaringkan tubuhnya memunggungi mamahnya bersiap tidur lagi.
"Udah jam sebelas adek, ditungguin Papa tuh dibawah."
"Ngapain?" Tanya Zaki membalikkan badannya menghadap mamahnya.
"Minta anterin ke sekolah. Nengokin anak osis sama ngambil tugas." Jelas mamahnya masih berdiri ditepi ranjang.
Zaki yang awalnya sudah memeluk guling dan sudah bersiap terlelap seketika membuka telinga dan matanya lebar-lebar. "Oke!! Otw mandi!!" Zaki melompat dari kasurnya dan menyambar handuk digantungan pintu kamar mandinya.
-----
"Diet lo? Nggak makan?" Seusai melaksanakan sholat Dzuhur berjamaah di mushola sekolah kini mereka—anggota osis— tengah makan siang diruang OSIS dengan bagian masing-masing satu kotak makanan, makanan tersebut mereka terima dari Bapak kepala sekolah mereka, yang katanya hari ini tidak bisa hadir karena suatu keperluan.
"Nggak laper." Jawab Nadhin mengabaikan nasi kotak bagiannya, lalu memilih memainkan ponselnya. Sementara Ayu disampingnya sedang lahap menghabiskan nasi bagiannya dengan Hanan yang mengambil duduk didepan mereka.
Sementara Genta duduk bersama Kriss, Ratih, Alin dan yang lain di sudut yang bersebrangan dengan Nadhin. Mereka semua makan dengan lahap hingga bulir nasi terakhir, kecuali Nadhin. Hanan kadang heran dengan gadis kurus tetangganya itu, bisa-bisa nya setelah setengah hari lewat bekerja sana-sini, tidak merasa lapar. Hanan hanya khawatir dengan tubuh ringkih temannya itu, apalagi dengan tipes yang beberapa tahun lalu membuat Nadhin harus berbaring di kasurnya selama 3 hari.