.
."Dhin," Pagi ini kelas Genta terjadwal pelajaran matematika, dan sebelum pelajaran dimulai mereka di suruh untuk mengambil buku paket tebal dari perpustakaan sebagai bahan belajar.
"Hmm?" Nadhin menggumam, menoleh ke arah Genta yang berjalan di belakang nya.
"Tali sepatu lo, lepas." ucap Genta sambil berjalan mendahului Nadhin. Meletakkan buku yang tadi ia bawa dilantai dan ia membungkuk. Membenarkan tali sepatu Nadhin.
"Eh-eh. Nggak usah, biarin aja Ta." Nadhin tak enak hati, lalu mundur beberapa langkah menghindarkan kakinya.
"Ck! Bahaya. Udah sini." Nadhin membeku ketika tangan Genta meraih pergelangan kakinya dan mulai menali sepatunya.
Dari posisinya, Nadhin hanya bisa melihat Genta yang dengan telaten membuat simpul di sepatunya, hingga Genta mendongak dan tersenyum. "Udah."
"Makasih," ucap Nadhin sambil menebar senyum lebarnya.
Di sisi lain, Zaki yang berjalan beberapa puluh meter dibelakang mereka setelah dari toilet hanya bisa melihat nya dengan seksama dengan rasa yang aneh bersarang didadanya.
"Tau hidup sesusah ini, mending dulu pas balapan sama sperma lain, gue ngalah aja." Celetuk Zaki,melihat Nadhin dan Genta melanjutkan perjalanan menuju kelas mereka.
"Kalo susah ya usaha elah, make nyesel segala." Angga yang menjadi teman ke toiletnya kali ini malah menyindirnya habis-habisan.
-----
"Lo mah berduaan mulu." Ujar Adit mengomel melihat Genta dan Nadhin datang bersamaan."Kan udah gue suruh tunggu didepan perpus,lo malah pergi duluan. Kuping siapa coba itu?" Jawab Genta. Pasalnya ia tadi sudah menyuruh Adit untuk menunggunya didepan perpus karena Nadhin harus mengisi data buku yang dipinjam, sehingga Genta menemani Nadhin didalam. Juga karena buku yang sudah terlanjur ia beri pada Adit dan Adit yang sudah memakai sepatu,jadi Genta suruh Adit untuk menunggu didepan,takut merepotkan.
"Udah, yuk masuk."
-----
Bel istirahat pertama sudah berbunyi lima menit yang lalu, menggiring hampir seluruh siswa ke kantin guna mengisi tenaga mereka, bersiap menerima pembelajaran berikutnya.
"Semisal Zaki nembak lo, lo terima gak Dhin?" Semua ini berawal dari Dinda yang membahas pertemuan tak sengaja mereka di McD tempo hari dengan Zaki dan yang lain. Dan berhasil menjadi topik utama pembicaraan dimeja mereka saat ini.
"Mati lah," Nadhin menjawab seadanya sambil menyuapkan nasi goreng ke dalam mulutnya.
"Yeu, seriusan juga." Karin mendengus mendengar jawaban Nadhin.
"Ketara banget tau Zaki naksir lo." Ujar Dinda mempertegas ucapannya setelah melihat faktanya kemarin. Dari tatapannya, dari kata-katanya, hingga dari cerita Nadhin yang menuturkan bahwa Zaki menemaninya menunggu Hanan menjemputnya kemarin sudah cukup menjelaskan bahwa lelaki itu tertarik dengan Nadhin.
"Lo bingung jawabin nya gimana? Kan?" Tebakan Karin 100% benar. Membuat Nadhin refleks mengangguk membenarkan.
"Lo beneran gak pernah pacaran atau deket sama seseorang gitu?" Dinda yang memang baru bertemu dengan Nadhin saat kelas 10 dulu penasaran ingin mempertanyakan hal ini, karena sejak ia berteman dengan Nadhin, ia tak pernah terlihat dekat dengan seseorang, kecuali Hanan.
"Enggak. Gue jomblo dari lahir."
"Lo lupa sama Faris?" Celetuk Ayu mengingatkan setelah mendengar jawaban Nadhin.
"Cuma cinta monyet bocah Sd."
"Ya tapi deket kan? Pas SMP juga pernah deketin lo lagi kan meski udah beda sekolah."