.
.
"A'ang. Hana beli ini." Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka, menampilkan manusia kecil yang Hanan sebut 'adiknya'."Pasir?" Hanan tidak melihatnya dengan jelas karena hanya kandang dengan mika transparan yang ia lihat, selebihnya hanya pasir saja.
"Ck! Bukan. Namanya apa Mah?" Ternyata Hana datang tak sendirian, melainkan dengan mama yang terlihat menyipitkan matanya melihat layar ponsel.
"Kelomang." jawab mama tanpa melihat Hana. Ia masih fokus ke ponselnya.
"Bang, kenapa hp mama cepet banget habis ya baterai nya?" Ternyata mama tengah penasaran dengan baterai ponselnya yang akhir-akhir ini cepat terkuras. Seperti saat ini. Padahal baru pukul 3 sore, tapi sisa baterainya hanya 10%.
Hanan sebagai anak yang baik hendak memeriksa ponsel mamanya itu, diraih nya ponsel itu.
"Subhanallah, cerah banget kayak masa depan abang." Kejut Hanan reflek menutup matanya saat ponsel dinyalakan.
"Amiin." Mama hanya ikut mengaminkan. Lalu mengambil duduk di kasur Hanan.
"Ya pantes cepet abis orang kecerahan nya kaya pintu sorga gini." Keluh Hanan, lalu beralih menekan ikon pengaturan. Mengatur kecerahan otomatis di ponsel mama.
-----
"Dhin, gue masuk ya." Setelah membaca pesan di grup kelasnya, Nadhin dikejutkan dengan teriakan Hanan didepan pintu kamarnya.
"Iyaa."
"Gue kasian sumpah." Baru saja duduk, Hanan langsung mengeluh demikian membuat Nadhin bingung dimeja belajarnya.
"Siapa? Kenapa?" Nadhin yang tadinya mulai fokus belajar jadi mengalihkan fokus ke Hanan yang duduk bersila di kasurnya.
"Keong nya Hana." Sampai sini Nadhin masih fokus.
"Hana Beli keong? Keongnya Mati? Ditipu penjual keong?" Tanya Nadhin mencoba menebak.
"Bukan."
"Ya terus?"
"Kasian kalo punya pasangan, nggak bisa serumah." Dengan wajah tanpa dosa Hanan menyatakannya. Sungguh membuat Nadhin dongkol setengah mati. Merasa sia-sia telah menyempatkan waktunya untuk menyimak pembicaraan ini.
"Bodoamat!" Nadhin beralih ke meja belajarnya kembali, membiarkan manusia gabut itu tiduran di kasurnya.
"Oiya besok temenin gue, ke toko olahraga." Setelah puas merecoki Nadhin seperti biasanya, Hanan beranjak hendak pulang karena sudah larut malam.
"Ngapain?" tanya Nadhin tanpa melihat Hanan yang sudah diambang pintu karena sibuk membenahi buku-bukunya.
"Beli semen! Pake nanya lagi."
-----
Hari ini pembelajaran di kelas 11 IPA 1 cukup melelahkan, dikarenakan guru killer mereka yang suka melampaui batas jam pelajaran. Dan akhirnya mereka harus merelakan waktu istirahat mereka untuk menyelesaikan ulangan harian.
Nahasnya, kejadian itu kembali terulang di saat istirahat kedua tiba. Membuat penghuninya menghela napas kesal sembari menahan rasa lapar sekaligus pusing di kepalanya.
Tak luput dari bencana yang melanda, Nadhin pun sama. Apalagi perutnya yang lumayan 'manja', membuatnya beberapa kali meringis saking perih perutnya, namun Nadhin berusaha meredam nya dengan meremas kecil disekitaran perutnya.
"Laper!" setelah Pak Seno, guru fisika yang menghabiskan waktu istirahat mereka keluar ruangan, seluruh kelas mendadak riuh ramai mengeluh. Ada yang lapar, pusing, bahkan kebelet.