35. 'Jatuh'

19 11 63
                                    

.
.
Akhirnya setengah rangkaian seleksi tahapan pertama telah berlangsung di siang yang terik ini. Dan sisanya akan di lanjutkan setelah istirahat makan siang.

Singkatnya, Jam di dinding telah menunjuk angka 3. Matahari pun terlihat mulai condong ke tempat ia tenggelam. Memberikan rona kuning yang menawan di sore hari penuh lelah ini.

Genta membuka jas nya dan menyampirkan nya di lengan, menampakan perban yang masih menghiasinya. Menandakan bahwa lukanya belum kering agar perban itu bisa ia buka. Sementara kedua tangannya penuh dengan konsumsi dan sebuah botol mineral setengah liter. Ia keluar ruangan bersama yang lain.

"Udah boleh pulang belom si Ta?" Tanya anggota lain dari ruangan yang sama.

"Kita evaluasi dulu sebentar. Tunggu gue di ruang OSIS." Suruh Genta merasa kan tali sepatunya terlepas. Membiarkan temannya itu mendahuluinya.

Di belakangnya, Nadhin dan Alin juga baru saja keluar dari ruangan hendak menuju ruang OSIS. Keduanya masing-masing memegang konsumsi. Bedanya mereka hanya mendapat air mineral satu gelas yang diletakkan di dalam box konsumsi, tidak satu botol. Biasalah. Beda jabatan, beda suguhan. Ya kan?

Seperti biasa, Alin yang memang dasarnya pendiam hanya melewati Genta yang terlihat kesusahan ketika tangannya mencoba memegang semua yang ia bawa dengan satu tangan. Mau di letakkan di lantai, sayang. Takut kotor.Apalagi itu jas OSIS kebanggaan dan makanan.

Nadhin yang melihatnya jadi sedikit berempati. Ia melihat sekali lagi Alin yang mendahului jalan di depannya.

"Sini gue pegangin." Ucapnya berhenti, mendekatkan dirinya pada Genta dan menyodorkan tangannya untuk membantu.

"Thanks." Genta memberikan nya pada Nadhin. Gadis itu terlihat sedikit kerepotan. Tapi ia rasa tak apa untuk sementara.

Sembari menunggu Genta menali sepatunya, tiba-tiba Indra penciuman nya mendeteksi sebuah wangi yang sepertinya pernah ia bau. Oh iya. Wanginya sama seperti saat Genta menariknya untuk berlindung dari tumpukan buku yang jatuh. Lalu pandangannya jatuh pada jas yang ada di lengannya. Oh ini rupanya.

Lalu dengan refleksnya, pandangannya jatuh pada perban yang masih menghiasi lengan berotot milik Genta. Nadhin merasa bersalah, bagaimana bisa dia mengabaikan kondisi luka seseorang yang menolongnya dari sebuah tragedi?

Setelah selesai, Genta meminta barang-barang miliknya. Lalu berjalan bersama menuju ruang OSIS.

"Kemaren beneran ketemu Zaki?"

Nadhin menoleh mendengar Genta bertanya.

"Hmm." Gumam Nadhin menjawabi. Lalu wajahnya fokus ke depan.

Niatnya Genta akan bertanya hal lain. Namun respon Nadhin tidak seperti yang ia bayangkan. Kemudian keduanya memilih diam hingga sampai ke ruang OSIS, dimana semua teman-teman sudah duduk rapih menunggu sang wakil ketua untuk menerima evaluasi.

Evaluasi diadakan sekitar 15 menit, sekadar membenahi beberapa kesalahan. Dan memberi semangat para anggota karena rangkaian acara yang masih panjang hingga pelantikan nanti.

Genta keluar ruang OSIS paling akhir. Seperti biasa ia mengunci ruangan. Lalu netranya menangkap sosok Nadhin di rangkul oleh Hanan menjauh dari ruang OSIS hendak pulang. Ada perasaan aneh yang terselip di hatinya. Melihatnya membuat Genta mencurigai keduanya kembali. Mereka tak mungkin hanya sebatas teman kan? Lalu perasaan apa ini?

Apa iya dia sudah jatuh pada seorang Nadhin?

Dari tutur katanya yang tenang, perilakunya yang sopan, kesederhanaanya, pola pikirnya, dari caranya memperlakukan temannya, memperlakukan Zaki, dan termasuk memperlakukannya tadi, Genta merasa gadis itu sangat baik. Nadhin memiliki pesona tersendiri sebagai seorang gadis.

SETRIP.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang