20. "Ngemil-likin lo."

35 21 95
                                    

Din.

Nadhin : Iya? Kenapa?

bagi tips biar semangat belajar dong.
Gue banyak pr. Mau ngerjain, tapi sayang

Nadhin : Sayang kenapa?

Ciee manggil sayang

Nadhin :  lo yang mancing🙂

"Ih apaan si gue. Kok senyum-senyum sendiri." ucap Zaki setelah menepuk pelan pipinya, merasa tak terima bisa dibuat gila seperti ini.

"Kenapa gue yang baper, Asem!" ujarnya lagi sembari membuang HP nya ke kasur dan melangkah keluar kamar. Meninggalkan sepuluh nomer soal yang menantinya esok hari.

-----

"Siapa tuh?!" Sejurus kemudian ponsel Nadhin telah berpindah tangan. Percuma saja mengambil paksa, jadi Nadhin biarkan saja. Toh ini Hanan, bukan siapa-siapa.

"Temen lo aneh," celetuk Nadhin sembari tangannya menerima uluran ponselnya.

"Kan gue bilang, Zaki tuh beneran suka." Ucap Hanan memperkuat opininya tempo hari. Terbukti dari kejadian yang Nadhin alami, itu sudah sangat mencerminkan bahwa laki-laki itu suka dengan sahabatnya ini.

"Mulut lo— untung mama papa nggak lagi dibawah." Geram Nadhin karena Hanan tak tanggung-tanggung menyebutkan nama seorang cowok, yang jelas-jelas sangat Nadhin hindari.

"Udah molor." Sekarang keduanya tengah duduk di sofa, ditempat bermain Hana yang juga sering mereka gunakan untuk sekedar duduk-duduk.

Awalnya Hanan berniat meminta bantuan Nadhin untuk mengerjakan beberapa soal yang ia tidak bisa, namun malah berakhir bermain ponsel setelah selesai kurang dari seperempat jam.

"Ini teh siapa?" Ujar Hanan setelah menyeruput teh dan beralih menatap ponselnya.

"Teh lo lah. Amnesia?"

"Ini," Hanan memperlihatkan room chat nya dengan sebuah nomor yang baru saja masuk di ponselnya. Lalu memperlihatkan foto profil yang orang itu pasang.

"Ooh, ini si Citra. Tadi udah chat gue duluan, minta nomer lo." Nadhin langsung paham dengan foto profil yang Hanan tunjukkan, karena memang tak lama sebelum nya ia juga di chat oleh nomor yang sama.

"Citra? Citra hand and body lotion?"

"Gue getok nih pake sendok." Nadhin sudah mengambil ancang-ancang dengan mengacungkan sendok yang tadinya berada di gelas teh, bersiap memukulkan nya pada kepala tanpa akhlak di di samping nya ini.

Kruuk kruuk —suara perut.
"Mau sarapan, tapi udah malem. Gimana dong?"

"Bodo. Gue capek."

"Jangan capek dulu, besok persiapan recqruitmen."

-----

Sepulang sekolah, anggota OSIS kelas 11 dan 12 berkumpul —rapat—guna membahas rencana perekrutan anggota baru. Mereka semua berkumpul di ruang OSIS yang cukup luas. Jika biasanya ruangan itu cukup senggang karena diisi anggota kelas 11, siang ini terlihat sesak karena diisi dua anggota angkatan sekaligus.

Rapat dipimpin oleh Kak Dhimas yang duduk tepat di tengah-tengah, lalu didampingi oleh pengurus harian yang lain, termasuk Genta yang duduk diam manis disamping kak Dhimas. Seperti yang telah diagendakan, rapat kali ini digunakan untuk mendiskusikan bagaimana teknis recqruitmen yang akan mereka gunakan, apakah akan menggunakan teknis seperti tahun lalu atau menciptakan teknis baru berdasar ide-ide yang diusulkan para anggota.

SETRIP.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang