Di hari keberangkatan, sekitar pukul setengah dua, halaman sekolah mulai dipadati peserta LDK. Juga mereka yang ikut mengantarkan anak atau adiknya beserta tas ransel yang mendominasi pemandangan.
Sementara di kediaman Genta, remaja itu tengah memohon untuk tidak diantar oleh siapapun. Apalagi mas Willy. Bukannya mengantarkannya ke sekolah, pasti laki-laki itu akan tp-tp alias tebar pesona dengan motor hijau berlambang khas abdi negara di plat nomornya.
Dan akhirnya motor hijau itu berhenti tepat di depan gerbang sekolah nya, yang juga sekolah mas Willy dulu. Sebagian dari orang tua dan peserta LDK yang berada di luar gerbang jadi memperhatikan mereka. Genta yang tak suka diperhatikan jika bukan karena suatu pencapaian ataupun prestasi nya jadi risih.
"Dih adek siapa lo?!! Cium tangan." Ucap Mas Willy karena Genta hendak langsung pergi tanpa berpamitan terlebih dahulu, lalu remaja itu berbalik dan mengucap salam.
-----
Genta datang di sambut tos dari para OSIS kelas 11 yang sudah datang. Mereka kini terpaksa duduk di parkiran sekolah karena ruang OSIS mereka digunakan oleh panitia LDK -purna OSIS kelas 12- untuk sekedar menjadikannya basecamp.
Sekitar jam 2 bis yang di pesan untuk perjalanan mereka mulai berdatangan, peserta LDK pun sudah di bariskan untuk apel keberangkatan. Lalu setelahnya pembagian kursi. Sayangnya Nadhin harus berpisah dengan Hanan. Meski kadang menyebalkan lelaki itu cukup berguna bagi Nadhin saat mabok perjalanan.
"Dhin,"
"Dhin." Dua panggilan itu membuat Nadhin mengedarkan pandangannya mencari dua sumber suara tersebut.
Dua laki-laki yang kebetulan satu bus dengannya dan Ayu itu datang ke hadapannya.
"Tas lo udah masuk?" Tanya Genta dengan ransel di punggungnya.
"Apaan si, gue duluan yang mau nanya gitu." Zaki ngoceh karena sudah keduluan Genta yang menanyakan hal yang sama.
"Belum, tas Ayu dulu yang mau masuk." Ucap Nadhin menunjuk tas Ayu yang kini tengah ditata oleh pihak bis dan ada beberapa anak kelas 10 lainnya disana.
"Sini gue aja yang masukin." Putus Zaki sebelum Genta mendahuluinya. Lalu tangannya dengan sigap mengambil ransel Nadhin yang gadis itu letakkan di bawah. Matanya melirik Genta yang tanpa ekspresi.
"Gue bantu Dhin?"
Nadhin melihat kedua remaja di depannya ini bingung.
"Kalian kenapa sih?"
Tatapan Zaki kian memicing melirik Genta, Genta pun demikian. Bedanya remaja itu tidak memicingkan matanya sampai aliran listrik itu keluar seperti di komik-komik. Genta hanya melihat Zaki sekilas lalu mengalihkan pandangan.
Rasa-rasanya antena di kepala Zaki menangkap sinyal-sinyal persaingan dari lelaki paling terkenal kedua di sekolahnya ini. Entah apa itu tapi instingnya mengatakan bahwa itu sebuah ancaman.
-----
"Nggak boleh cewek cowok." Tegur Genta yang mendapati Zaki hendak mendudukkan diri di kursi Ayu ketika Ayu keluar dari bis untuk pipis. Genta yang kebetulan duduk di belakang Nadhin jadi menegur demikian. Sementara Nadhin yang tadinya sibuk menata posisi duduk dan barang yang dibawa ke dalam bus jadi terdiam saja sembari terkejut kecil.
"Tau kali. Kalo ada apa-apa call gue aja ya Dhin." Lalu Zaki berkata seperti itu sebelum pergi mencari tempat duduknya.
Ni berdua lagi apa-apaan sih?
-----
Bis pun akhirnya berangkat tepat pukul tiga setelah berdoa bersama. Dengan setiap bus terisi dua puluh orang peserta LDK ditambah guru pendamping dan dua panitia LDK serta dua pihak dari bis.