39. LDK -pt.3

28 10 50
                                    

Setelah di hari kedua banyak drama terguling dan terpeleset karena medan jalan yang dilalui, maka hari ini, hari ke tiga LDK mereka semua akan dihadapkan dengan halang rintang yang telah disiapkan panitia. Sebelumnya mereka juga telah di beri tahu untuk berhati-hati disetiap rintangan yang ada. Tak lupa juga setiap pos halang rintang akan ada pra tes kepemimpinan seperti pelatihan baris berbaris, pengetahuan ke osis an, kerja sama tim, dan beberapa sub tes lainnya. Tentu dengan kelompok yang masih sama dengan hari sebelumnya.

Hari itu menjadi hari LDK yang begitu melelahkan bagi Nadhin. Karena selain berpikir tentang beberapa tes yang sulit, melewati halang rintang yang menguras energi, kelas 11 juga harus membantu adik kelas nya untuk bisa berhasil di setiap halang rintangnya, harus sabar membujuk anggota tim yang tak mau mencoba halang rintang dengan alasan takut atau yang lainnya. Juga termasuk menenangkan tangisan nya kala panitia mengomeli habis-habisan adik kelas nya karena gagal atau tidak bisa melewati rintangan. Bahkan Nadhin juga sempat kena semprot karena dianggap tidak bisa mengayomi adik kelas di tim nya. Yang mana langsung membuat mental Nadhin terpental.

Tentu dibentak-bentak seperti itu membuat siapa saja takut, Nadhin pun dulu seperti itu.

Hingga sore tiba, rasanya tubuhnya sangat remuk. Setelan olahraganya sudah tak luput dari kata bersih sedikitpun dengan lumpur yang menodai dimana-mana. Bahkan sampai ke wajah nya. Dan lagi-lagi kesabarannya harus diuji ketika harus antri mandi yang panjangnya seperti antrian minyak goreng. Belum lagi batasan waktu yang diberikan panitia karena akan segera diadakan apel penutupan.

Apel penutupan telah selesai. Hampir semua peserta LDK memilih untuk istirahat di tenda masing-masing bersama kelompoknya. Berhubung setelah ini sampai besok tidak ada kegiatan mereka jadi leluasa mengistirahatkan tubuhnya.

Tak peduli dengan lapar yang mendera perutnya, Nadhin memilih untuk membaringkan dirinya berbantalkan tas di kepalanya. Tangannya ia tumpukkan di dahi untuk menghalau sinar lampu yang menerangi tenda.

"Dhin, laper nggak?" Tanya Ayu yang sepertinya sudah kelaparan. Nadhin menggeleng.

"Kita mau ambil jatah makan, Lo sekalian?" Suara Ratih terdengar.

"Boleh. Gue sini aja ya." Jawab Nadhin masih nyaman menutupi wajahnya.

"Heum, tidur aja gapapa." Lalu terdengar resleting tenda dibuka menandakan Ayu dan beberapa teman lainnya yang mengikuti keluar tenda.

----

Ketika mata Nadhin sudah hampir tertutup dilanda kantuk, sebuah suara memanggilnya dari luar tenda. Nadhin melongok keluar, Hanan disana, sudah terduduk sila di karpet yang disediakan didepan tenda.

Nadhin menghampiri Hanan, duduk berselonjor dan menyenderkan kepalanya di bahu Hanan.

"Udah makan?" Tanya Hanan melirik Nadhin di bahunya. Nadhin menggeleng.

"Cuma makan tadi pagi? Lo mau mati kelaperan? Lo mau pingsan disini? Mau di tandu, atau gue panggilin ambulan?" Cerocos Hanan menatapi sahabatnya yang menyender lesu di bahunya.

Lalu bahunya tersentak karena sesegukan Nadhin. Nadhin menangis tanpa mengeluarkan suara. Menyadari air matanya turun, Nadhin segera mengusapnya dengan lengan hoddie yang Hanan kenakan.

"Gak laper." Jawab Nadhin mengusap matanya.

Beginilah Nadhin yang Hanan tau. Nadhin yang saat terlalu lelah akan mudah menangis, Nadhin yang saat kelewat makan akan kehilangan napsu makannya. Nadhin yang tidak seperti orang lain kenal. Dan Hanan bersyukur bisa mengenali sisi lain sahabat nya itu. Jadi bukan salah nya ketika Hanan berasa di spesial kan  dan pernah menaruh hati karena bisa mengenal Nadhin sedalam itu bukan? Tapi itu hanya dulu dan sudah berlalu. Mereka sudah memutuskan untuk melupakannya.

SETRIP.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang