.
.
.
"Merasa bersalah gue sama Zaki." Keluh Nadhin sambil menaiki motor Hanan dan bersiap pulang dengan kotak bekal kosong Zaki di tangannya.Melihat perilaku Zaki yang biasanya ceria dan suka menggodanya tiba-tiba berubah cuek dan terlihat menghindarinya membuat Nadhin dihantui perasaan bersalah. Sekaligus penasaran. Apa benar penyebab nya adalah foto itu? Jika iya, bukankah Zaki tak ada alasan untuk marah? Bahkan mereka hanya teman bukan?
-----
"Gak tega gue boongin nya. Udahan lah. Nggak tahan juga gue. Nggak bisa nahan senyum kalo liat dia." Celoteh Zaki, membuat Hanan terkekeh mendengarnya.
"Geli gue Jak sumpah." Sahut Hanan sambil bermain PS di ruang bermain nya dan Hana. Ponselnya tergeletak di atas karpet bulu dengan handsfree terpasang di kedua telinganya.
"Tapi emang marah beneran gue, asli. Rasanya kaya disuruh pegang pisau buat bunuh diri sama orang yang gue suka. Anjip!" Lanjut Zaki. Beginilah seorang Zaki di mata Hanan. seseorang yang banyak bicara dan tak suka basa-basi, terlebih soal perasaan.
"Jadi konsepnya bukan drama nih ya. Kisah nyata."
"Amarah cowok ganteng yang kecantol cinta mbak Vampir. Judulnya." Celetuk Zaki asal-asalan.
"Kenapa vampir?"
"Kan ada taringnya dua."
"Assalamualaikum." Terdengar suara Nadhin dari lantai dasar, beriring bunyi anak tangga yang di tapaki.
"Udah ya, gue matiin." Pamit Hanan sebelum Nadhin benar-benar sampai di sana dan mendudukkan dirinya.
"Nan. Temenin gue ke supermarket bentar."
"Ngapain? Belanja?"
"Enggak. Mau nonton voli."
"Ya nggak usah sewot keleuuus. Kuy!"
-----
Pagi harinya Nadhin sibuk menyiapkan beberapa potong sandwich untuk mengisi kotak makannya, itung-itung membalas Budi pemberian Zaki. Sedangkan kotak bekal Zaki, ia biarkan kosong karena sudah di cuci bersih. Tinggal di kembalikan ke pemiliknya saja. Nadhin juga tak lupa membeli sekotak susu UHT yang konon katanya kesukaan Zaki.
"NADHIIIINNN!" suara toa Hanan langsung memasuki segala penjuru rumah kecil Nadhin.
"Iya ini udah. Yuk berangkat." Ujar Nadhin dari dapur dengan dua kotak makan miliknya dan juga milik Zaki yang ia terima kemarin. Niatnya Nadhin akan mengembalikan nya.
"Kompor udah dimatiin?" Nadhin mengangguk, tapi dasarnya Hanan yang kurang percaya memasuki dapur Nadhin untuk memeriksanya sendiri, dan berakhir mencomot sisa sandwich Nadhin yang ada di bawah tudung saji.
-----
Seperti biasa, Nadhin pergi ke kantin saat jam istirahat tiba. Saat masih di ambang pintu kelas, hendak keluar, terlihat gerombolan Zaki dan teman-temannya lewat hendak ke kantin juga. Zaki terlihat hanya melirik Nadhin sekilas lalu melanjutkan jalan nya. Kemudian disusul Nadhin dan teman-teman nya.
Menempati meja yang bersebrangan membuat Zaki leluasa mencuri pandang Nadhin yang duduk tenang seperti biasanya. Gadis itu kini tengah menunduk mengetikkan sesuatu di layar ponselnya, tanpa tau bahwa ada lelaki yang mengukir senyum hanya dengan mencuri pandang wajahnya saja.
Tweng! Ponsel miliknya berbunyi.
Nadhin :