29. Date time!!

26 14 60
                                    

.
.
.
"PIIIIII!!!!" Lolong Zaki setelah berhasil membuka pintu seperti orang kesetanan, lalu mengedarkan pandangannya ke rumah dua lantai tersebut. Vivi tak dilantai dasar, pasti ia sedang hibernasi di kasurnya.

"Piiiii!!!!!" Teriaknya lagi sambil menaiki tangga. Langkah terdengar tergesa-gesa dan sangat keras hentakannya.

"Apasih! boteng!" Mendengar suara itu nyali Zaki langsung menciut, langkahnya tepat berhenti di tangga terakhir. Zaki melihat seorang lelaki berdiri didepan pintu kamar dengan kaos singlet yang menampakkan lengan kekarnya tengah mengusek rambutnya frustasi karena kebisingan yang Zaki buat disore yang tenang ini.

"Iya, ampun bang-ampun." Ucap Zaki pada Fandi -kakak Vivi- yang tak diduga ternyata pulang dari kosannya Minggu ini, setahu Zaki lelaki itu hanya pulang di akhir bulan, tapi kali ini ternyata tidak.

"Jangan berisik ya bocah tengil." Ucap Fandi dengan nada tak main-main sembari memelototi Zaki yang sudah seperti anak kucing ke gep majikannya mencuri ikan asin. Poor Zaki.

"Siap pak boss!" Ucap Zaki sembari merentangkan tangannya menunjukkan jempol mungil yang sedikit memalukan baginya.

"Pipi lagi galau," ucap Fandi sebelum memasuki kamarnya yang tepat berada didepan kamar Vivi-adiknya.

---

Zaki mengendap-endap memasuki kamar Vivi. Sementara Vivi memilih menulikan telinganya dari Zaki yang grusak-grusuk menaiki kasurnya.

Merasakan sehelai rambutnya dicabut, Vivi langsung menoleh ke arah grusak-grusuk yang ditimbulkan Zaki. "Wlee!!" Zaki memeleletkan lidahnya meledek. Vivi terkejut setengah mati, seharusnya ia lebih bisa menduga trik seperti ini bukan, namun karena suasana hatinya yang buruk ia jadi tak pikir panjang sepertinya. Jadilah Vivi spot jantung untuk sementara.

"Setan!" Umpatnya. Lalu kembali membenamkan wajahnya kembali ke bantalnya.

"Pi, Lo dulu pertama nge-date dimana Pi? Saran dong, gue mau nge-date." Melihat Vivi tak acuh, Zaki tak peduli.

"Bodo!" Jawab Vivi ketus.

"Di Bodo?" Tanya Zaki tak maksud.

Terdengar helaan napas kasar dari Vivi. Lalu ia bangkit dari tengkurapnya dan mendudukkan diri. Tak lupa menyeka air matanya yang terasa telah mengering di pipinya.

"Semua cowok tuh sama aja ya??!" Tiba-tiba Vivi berucap yang mana membuat Zaki bingung.

Sudah dibilang sama bang Fandi, Vivi lagi galau guys. (Dighosting gebetan.)

"Maksud Lo?" Zaki men-selonjorkan kakinya santai.

"Ya semua cowok sama aja semua." Ucap Vivi lagi, mengusap kasar air mata yang berontak lagi ingin jatuh.

"Ooh brati gue sama dong kaya personel i-eks-o elo tuh."

"Nggak." Jawab Vivi ketus, menolak keras D.O nya disamakan dengan kutu beras modelan Zaki.

"Lah, katanya." Bingung Zaki menoleh menatap sepupunya yang sungguh memprihatinkan keadaanya.

"Sifatnyaaa." Kesal Vivi karena Zaki tak kunjung mengerti apa yang ia maksud.

"Brati sifat gue sama personel i-eks-o elo tuh sama?"

"Enggak."

"Lah tadi?"

"Cowok Indonesia!!" Tegas Vivi tak tahu lagi bagaimana cara supaya Zaki maksud dengan apa yang ia maksudkan.

"Pak presiden?" Nggak ngotak sih emang.

"Cowok yang gue temuin!"

"Bokap Lo?" Ngawur!

"Bukan!"

SETRIP.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang