.
.
"Alhamdulillah berkat kemampuan gue yang udah kaya lionel messi gue bisa sampe cepet. Gara-gara janda bolong mama nih gue jadi harus ngeluarin jurus kilat buat sampe ke sini" katanya sambil membuka helm, menyugar rambutnya agar rapih kembali. Lalu menyantolkan helmnya di spion."Ganteng banget lo" ucap Zaki pada pantulan dirinya di spion. Rupa-rupanya Zaki belum puas dengan hanya menyugar rambutnya. Kini ia beralih mengelus-elus dagunya yang belum juga ditumbuhi jenggot seperti keinginannya. Sambil sesekali celingukan, takut dipergoki siswa lain, bisa-bisa dikira orgil dia.
"Subhanaka! Ini orang udah tua pake sekolah segala si. Kalo ada yang jail gimana coba?" gerutunya sendirii sambil mencabut kunci motor yang terparkir tepat disebelahnya. "Kaya gue contohnya" lanjutnya diiringi cengiran tengil nya.
-----
"Tumben lo" Celetukan itu datang dari Ayu saat Nadhin baru saja selesai mengucap salam, mendudukan bokongnya di kursi sambil melepas tasnya.
"Si bulan dateng ngga bilang-bilang" jawab Nadhin yang terdengar seperti keluhan.
"Kalo kabar-kabar bukan datang bulan namanya" sahut Dinda.
"Apa tuh?"
"Kurir Lajada" jawab Dinda yang berhasil sekali membuat mereka tertawa kecil di pagi hari ini.
"Iya juga ya. Kan kalo paketnya mau nyampe suka WA tuh" sambung karin.
"Modus bangeeet"
"Dhin lo bawa angket nya kan?" Ditengah tawa kecil yang belum reda itu terdengar suara seseorang yang sontak membuat mereka, terutama Nadhin dan Dinda yang namanya disebut jadi menoleh.
Entah mereka yang terlalu lebay tertawa sampai tak melihat Genta menghampiri mereka atau pergerakan Genta yang seperti kilat. Nyatanya Genta sudah berdiri disana tanpa ada yang menyadari kedatangannya.
"Euuhh" ucap Nadhin sembari berpikir.
Kemaren abis difoto udah dimasukin ke tas belum yah?
Nadhin ragu untuk menjawab. Sembari menggeledah tasnya Nadhin mencoba mengingat-ingat dimana angket itu ia letakkan. Semoga saja firasatnya salah pasal angket nya yang belum dimasukkan ke dalam tas. Semoga kebawa, semoga kebawa
"Ada?" tanya Genta lagi ketika pergerakan Nadhin berubah secara tempo dalam membuka satu per satu resleting tasnya.
"Harusnya adaa"
"Lo taro dimana?" ucap Ayu lembut.
"Apa ketinggalan?" tebak Dinda.
"Iya, lo kan tadi buru-buru" tambah Karin menyetujui ucapan Dinda.
"Ngga ada di tas. Kayanya ketinggalan deh. Maaf yah" Karena tak kunjung menemukannya Nadhin pun menyerah. Percaya saja jika angket nya tertinggal dirumah.
"Ooh yaudah ngga papa. Batas waktunya masih lumayan lama ini" kata Genta sambil tersenyum kecil, sebelum pamit keluar kelas. Hendak mengecek kehadiran guru yang memiliki jadwal mengajar kelasnya.
-----
"Eh pak tua!"
"Anjip! Ngagetin aja lo tikus tanah!" celetuk Doni setelah mendapati Zaki duduk di sebelahnya. Lalu kembali fokus ke ponselnya. Bodo amat dengan kehadiran Zaki disana.
"Lo ngapain disitu? Berantem yang kemaren yak?" Tak Terima diacuhkan begitu, Zaki berbalik di kursinya menghadap Dion yang memandangi ponselnya dalam diam.
"Gak" Singkat, padat, dan jelas jika Dion itu malas menjawab.
"Terus lo dikursi gue kenapa? Mau duduk sama Angga?"