SDS | 27 |

834 63 5
                                    

🌦️🌦️🌦️

Alda menatap sekeliling ruangan apartement. Lampu baru saja ia nyalakan. Sebelumnya gelap gulita,pertanda Haidar belum pulang.

Entah,Alda sendiri masih nggak tahu gimana sistem kerja dan kuliah cowok itu. Gimana bisa ia membagi waktu untuk kuliah dan kerja. Dengar dengar juga Haidar masih ada kerjaan lain selain di konveksi,tapi Alda selalu saja lupa untuk menanyakan.

Gadis itu berjalan masuk,menjatuhkan dirinya ke sofa ruang tv. Kasus Everin sudah selesai,walau Reikal hanya mendapat hukuman 15 tahun penjara tapi setidaknya ke angkuhan cowok itu terbalaskan. Sedangkan Everin,belum tahu akan bagaimana kedepannya. Kata tante Imel entah nantinya ia akan memberikan bayinya ke kerabat terdekat,atau ia akan menikah dengan laki laki yang menerima ia dan anaknya dengan ikhlas.

Gadis itu mengulas senyum menatap bingkai foto raksasa yang ada di dinding depan kamar. Tepat di samping ruang Tv. Foto pernikahannya dengan Haidar,menampakkan wajahnya yang terlihat tidak bahagia. Namun setidaknya ia punya kenang kenangan dengan Haidar.

Alda terperanjat,baru mengingat sesuatu. Ia pun membuka tas nya dan mengeluarkan benda kecil panjang. Itu adalah testpack. Ya,sepulang dari pengadilan tadi,ia merasa mual dan pusing kepala lalu iseng iseng mengecek.

Tak di duga,ternyata hasilnya positif.

"Haidar pasti seneng lihat ini". Ujarnya sembari mengulas senyum. Ia menatap testpack itu dengan mata berbinar. Lalu mengambil kotak kado yang sudah tak terpakai di laci dan memasukan testpack itu ke dalamnya.

Sembari menunggu Haidar pulang,Alda memutuskan untuk mandi. Toh mungkin dinner nya nggak jadi,karena dari siang tadi Haidar tak membalas pesannya dan Alda pun bukan tipe cewek yang suka spam chat atau telpon. Ia memahami kesibukan suaminya.

Setelah selesai mandi,Alda duduk duduk di sofa sembari menyalakan tv. Matanya sudah mengantuk dan sempat menguap beberapa kali. Padahal waktu baru menunjukkan pukul 8 malam.

"Apa Haidar lembur ya?". Gumamnya sendiri,karena merasa Haidar lama sekali tak pulang pulang.

"Telpon aja deh!". Putusnya kemudian.

Alda mengambil ponselnya di dalam tas yang masih tergeletak di sofa dari tadi,lalu mendial nomor Haidar di whatapps.

Berdering..

Berdering..

Berdering..

Tulisan berdering dan suara tut tut masih menyambung,namun belum ada jawaban dari suaminya.

"Masih kerja kali ya?". Batinnya mencoba berfikir positif.

Alda mencoba sekali lagi,dan ya! Terhubung!

"Hallo,Assalamualaikum? Mas kamu pul-,".

"Dengan keluarga atas nama Haidar Arroyyan Sahli?".

Suara berisik itu membuat jantung Alda berdegub tiba tiba,ia segera bangkit dari duduknya.

"Iy-,iya. Saya istrinya Pak". Jawab Alda agak gemetar.

"Oh,iya Ibu. Ini saya Fadli,mau mengabarkan bahwa suami Ibu terlibat kecelakaan di jalan pramuka jati,daerah pasar senen,ini sedang jalan menuju rumah sakit Hermina. Keadaan suami Ibu gawat! Ibu segera kesini ya!".

Satu helaan nafas cukup membuat semua air mata Alda jatuh. Gadis itu jatuh gemetar di lantai. Seketika segala macam bentuk rupa Haidar tergambar jelas di kepalanya.

"Haidar!". Teriaknya kemudian. Kini,ia sudah tak bisa menahan tangisnya.

Tak lama,petir menggelegar menganggetkan nya. Menyadarkan Alda bahwa ini bukanlah mimpi.

SUAMI DARI SURGA (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang