SDS | 29 |

900 74 0
                                    

🌦️🌦️🌦️

Gemerlap lampu kota Jakarta membuat suasana malam ini begitu indah. Bintang bintang yang menyapu langit mendung menambah romantisme malam ini.

Harusnya banyak muda mudi yang bahagia di malam minggu ini. Banyak yang bersuka cita karena weekend ini tidak turun hujan.

Tapi berbeda untuk Alda. Ia merasa menghianati Haidar yang sedang terkapar di rumah sakit. Dengan menemui Haikal di sini,tempat dimana semuanya berawal,ia merasa menjadi perempuan penghianat.

"Semuanya masih sama ya Al,nggak ada yang berubah. Tempat ini juga". Ujar Haikal membuka percakapan. Keduanya duduk santai di lantai mall paling atas.  Alda sendiri meminta untuk ketemuan di rumah Umi saja,agar tak terjadi fitnah. Namun Haikal ngotot ingin bertemu di tempat favorit mereka.

"Nggak usah ngungkit masalalu Kal,gue nggak suka. Gue udah hidup di masa kini". Kelak Alda,yang justru sekarang membuat dadanya terasa nyeri.

"Apa pernyataan kalau aku nggak pernah nyuruh Haidar buat milikin kamu itu nggak cukup bikin kamu kembali sama aku Al? ".

Senyum Alda tersungging mendengar itu. Pandangannya lurus ke depan,tak berniat menatap Haikal sama sekali.

"Bukannya kemarin lo ngomong kalau lo milih pergi karena nggak pengen gue lebih rusak?". Alda bertanya balik.

Telak,Haikal kalah telak.

"Terus sekarang lo lihat gue berkembang jadi cewek baik baik,lo pengen balik ke gue? Padahal lo tahu kalau gue istri orang? Bahkan orang itu adik lo sendiri?". Lanjut Alda lagi.

Haikal tak menjawab,ia terdiam cukup lama. Kini malah dirinya mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya di depan Alda.

Alda jadi semakin yakin,kalau bertahan dengan Haidar dan melanjutkan rumah tangganya adalah keputusan paling benar. Walau di jalan tadi,sempat terlintas fikiran bagaimana kalau kembali dengan Haikal akan membuatnya lebih bahagia daripada sekarang.

"Haidar bener,dia jatuh cinta sama gue bahkan saat lo nggak minta itu. Perasaan orang siapa yang bisa ngontrol? Termasuk buat benci sama lo sekarang,gue juga nggak bisa ngontrol itu semua. Kalau seandainya dulu lo selamat dan nemuin gue,pasti kita bakal tumbuh dan berkembang bareng bareng. Bahkan mungkin sekarang kita udah nikah".

"Apapun yang udah di lepas,semuanya akan terasa terlambat di ambil kembali Kal,apalagi itu berhubungan dengan waktu dan perasaan".

Haikal tertawa pelan,mentertawai segala kebodohannya selama ini. Enam tahun berubah demi Alda agar dirinya tak terus terusan kecanduan narkoba dan alkohol,justru membuat Alda lepas dari genggamannya.

"Gue mau ketemu lo karena mau ngudahin semuanya. Dan gue udah menganggap kita putus sejak lo di nyatakan meninggal".

Haikal tak menjawab lagi,dirinya justru asik menghisap rokoknya dan menghembuskan asapnya ke udara.

"Yakin?". Tanyanya akhirnya.

"Yakin,apalagi yang buat gue nggak yakin? Di tinggal enam tahun tanpa kabar dan mikir lo mati. Terus ada cowok bertanggung jawab yang siap nerima kurang lebihnya diri gue. Itu sangat sangat buat gue yakin".

Setelah mengucapkan kalimat itu,Alda berdiri sembari membersihkan rok bagian belakangnya. Ia rasa sudah cukup pembicaraan malam ini. Semuanya sudah selesai.

"Haidar nggak sebaik yang lo pikir  Al". Terang Haikal ikut berdiri.

"Maksut lo?".

"Kalau dia baik,dia nggak mungkin ngehianatin Kakaknya sendiri".

SUAMI DARI SURGA (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang