🌦️🌦️🌦️
Semrawut kota Jakarta tak pernah selesai,tak pernah lelah. Entah pagi atau petang,Jakarta tetap saja khas dengan metropolitannya. Memaksa orang orang untuk hidup lebih hedon karena di Ibukota semua serba mahal,membuat orang orangnya harus bekerja lebih giat agar tetap bertahan hidup.
Alda di landa kepanikan saat kini,mobilnya berada di tengah tengah kemacetan. Padahal,pagi ini adalah hari pertamanya bergabung di perusahaan Gerald Ardava. Janjiannya,ia akan ke kantor jam 8 pagi,namun Alda sudah berangkat lebih awal di pukul 7 pagi karena tak ingin terjebak macet. Tapi nyatanya,ia justru terjebak macet parah karena bebarengan dengan pekerja yang lain.
Alda meraih ponsel di dasbor,kemudian mendial nomor Gege untuk mengirimkan pesan. Ia akan ijin datang telat karena benar benar macet total.
Me :
Kak maaf,Alda telat. Kena macet parah ini,kayaknya ada pembangunan flay over deh
Tak lama,ponsel Alda berdering. Ia cukup kaget saat orang penting sekelas Gege membalas pesannya dengan cepat.
Kak Gege :
Iya nggak apa apa Al,santai aja. Jangan buru buru,aku malah takut kamu kenapa kenapa kalau kamu terburu buru.
Ekspresi yang tak dapat di gambarkan saat Alda membaca pesan singkat itu. Ia pun hanya membacanya tanpa berniat membalas,lalu mengembalikan ponselnya ke dasbor dan kembali fokus menyetir.
🌦️"Selamat pagi Pak,maaf saya telat". Salam Alda saat memasuki ruangan Gege. Gadis itu sedikit membungkukan badan,ia mulai bersikap formal setelah masuk kedalam kantor. Meski terbiasa memanggil Gege dengan sebutan 'Kak' namun jika di kantor,dia akan memanggil Gege dengan sebutan 'Pak'
"Nggak apa apa Al,telat 15 menit kok. Ayo duduk". Jawabnya santai. Alda pun menurut,ia duduk menghadap Gege. Dengan penampilan muslimah,ia mengenakan rok sepan panjang serta blezer senada dan hijab segi empat yang di lilit di leher. Alda tak mungkin jika harus memakai gamis ke kantor,dan ia berharap Gege memakluminya. Tapi sepertinya,harapannya Alda kali ini tak terkabul. Lelaki berusia 29 tahun itu menatap penampilannya serius.
"Kenapa Pak?". Tanya Alda cepat cepat.
"Kamu sekarang sudah berhijab?". Tanyanya balik.
"Iya Pak,ada masalah kah dengan pakaian saya Pak?".
"Kamu tadi masuk ke sini melewati lobi dan ruangan staff kan? Apa kamu melihat ada yang berhijab?".
Alda terdiam sejenak,mengingat sekilas perjalanannya dari lobi hingga ke ruangan Gege. Sempat melihat sekeliling walau sekilas,Alda tahu mayoritas pakaian karyawan perempuan seksi dan modis,tapi tetap terlihat rapi.
"Saya fikir,Saat Pak Dahlan merekomendasikan kamu untuk bekerja di sini,kamu masih seperti yang dulu Alda. Cantik,modis,seksi dan berwibawa layaknya perempuan berkelas". Terang lelaki itu sembari beranjak berdiri dari duduknya. Gege lalu berjalan mengelilingi kursi Alda sembari membusungkan badan di dekat telinga Alda.
"Tapi kalau penampilan kamu begini,saya jadi nggak yakin merekrut kamu menjadi bagaian dari Gerald Ardava".
Ya,Alda tahu bahwa jaman sekarang penampilan lebih penting dari pada otak. Ia tak berfikir panjang,dirinya langsung bangkit dari duduk dengan kepala mendongak menatap Gege serius.
"Baik,jika Bapak berubah fikiran dengan saya,saya tidak masalah. Ternyata penampilan lebih dominan di dunia kerja,daripada otak. Dan saya yakin masih banyak jalan menjemput rejeki di luar kantor ini. Saya pamit undur diri,permisi". Ucap Alda tenang sembari beranjak pergi keluar ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMI DARI SURGA (TAMAT)
De TodoMAAF CHAPTERNYA KE-ACAK Perjuangan Haidar meluluhkan hati Alda membutuhkan kesabaran ekstra. Bukan karena alasan ia menikahi perempuan yang empat tahun lebih tua darinya. Tapi ini sebuah amanah,yang harus ia laksanakn meskipun membuatnya haru...