SDS | 7 |

793 51 1
                                    


🌦️🌦️🌦️

Sampai jam mata kuliahnya selesai,Alda masih memikirkan kejadian tadi pagi. Kenapa bisa Haidar semirip itu dengan Haikal? Apa mereka kembar? Tapi tidak mungkin kembar,selisih umurnya pun jauh. Menatap Haidar tadi membuat Alda mengingat kembali Haikal. Haidar adalah sosok Haikal di masa sekolah dulu. Mungkin jika Haikal masih hidup,ia akan tumbuh jadi laki laki gagah dan tegas dengan kumis dan jenggot tipis di wajahnya.

Selama mengenal Haidar,bahkan Alda tak pernah lama lama menatap cowok itu. Melihatnya hanya sekilas,sekalipun lama itu hanya menunjukkan eksistensinya bahwa ia lebih kuat dalam berdebat,seperti tadi malam misalnya.

"Kenapa gue nggak sadar dari kemarin kemarin kalau Haidar itu mirip sama Haikal!". Gerutunya sendiri. Jam kuliah telah selesai sepuluh menit yang lalu,Nindy pun sudah pulang lebih dulu. Kini hanya menyisakan dirinya sendiri di kelas.

Alda kembali membuka laptopnya untuk mencari beberapa foto Haikal yang ia ambil dulu waktu masih SMA, lalu beralih ke ponselnya dan mencari akun sosial media milik Haidar. Tapi sayang,akun sosial media cowok itu hanya berisi gambar gambar dakwah dan beberapa video ceramah beberapa Ustad.

Alda baru menyadari,bahwa agama Haidar begitu tekun. Tapi kenapa cowok itu mau menikah dengannya tanpa unsur paksaan sama sekali? Padahal dengan terang terangan Haidar pun melihat dirinya pulang dalam keadaan mabuk,melihat dirinya tidak menunaikan ibadah sholat wajib. Kenapa Haidar menerimanya begitu saja? Jika ini unsur cinta,tak mungkin cowok sesoleh itu bisa mencintai gadis urakan sepertinya,bahkan yang usianya jauh di atasnya.

"Apa Haidar nggak waras?". Gumamnya sendiri sembari mengawang ke langit langit ruangan. "Atau dia punya penyakit? Suka yang lebih tua karena rasanya lebih greget gitu?".

Dengan cepat Alda menggelengkan kepala "Ah nggak mungkin! Greget darimana? Hubungan suami istri aja belom,gendong gue aja pake minta maaf karena ngrasa lancang". Alda kemudian menghela nafas panjang,merasa pusing memikirkan banyak hal baru soal Haidar.

Ia kembali fokus pada laptopnya,rencananya ingin kembali melanjutkan skripsinya. Karena pasti di rumah ada Haidar yang akan tadarus Al Quran,jadi untuk menghindari konsentrasinya buyar,Alda memilih mengerjakannya di kampus saja.

Alda kembali meneliti skripsinya,namun dahinya mengerut saat melihat bagian lampiran sudah terketik rapi dan beres sampai finish. Padahal tadi malam kan dirinya tidak jadi melanjutkan skripsinya? Kok tiba tiba sudah selesai begini?

Gadis itu kembali meneliti bagian lampiran,namun di luar dugaan,semua yang tertulis pada lampiran itu benar semua,dari Bab 1 sampai Bab 5 semuanya terangkum dalam lampiran dengan detail dan benar.

"Siapa yang ngerjaiin skripsi gue? Perasaan ini laptop ada terus sama gue? Kalau Nindy nggak mungkin,dia ngerjain skripsinya sendiri aja males mana mau ngerjain punya gue?". Gumamnya sendiri.

Alda di landa kebingungan,jadwalnya pengajuan skripsi masih dua hari lagi,namun besok skripsinya sudah bisa di ajukan ke pembimbing.

Di tengah perjalanan pulang,kepalanya di penuhi sesosok Haidar. Dirinya berfikir apa Haidar yang mengerjakan itu semua? Dia kan baru semester dua? Fakultas yang mereka ambil pun berbeda,kenapa cowok itu mengerti soal skripsinya?

"Haidar?!". Panggil Alda setelah memasuki apartement.

"Lo yang ngerjain skripsi gue ya?!".

"Lo kemana?!".

Tak ada sahutan dari Haidar. Alda mencari ke seluruh dalam apartement tapi tak menemukan Haidar. Gadis itu lalu duduk di sofa ruang tamu,memandang jendela kaca besar yang menyuguhkan pemandangan kota Jakarta dari apartementnya yang berada di lantai 12.

Baru Alda ingat jika Haidar kerja partime. Gadis itu menghela nafas panjang,tak tahu seperti apa konsep hidup yang ia jalani saat ini. Semuanya begitu monoton,tanpa arah dan membosankan.Lalu tiba tiba datang sesosok Haidar yang membuatnya mulai hidup tenang,kini harus terusik.

🌦️

Gadis itu sudah terlelap entah berapa jam menunggu Haidar pulang. Wajahnya tertutup helaian rambut,sedangkan kepalanya bertumpu pada lengan. Tanpa sadar,Alda ketiduran di meja makan dengan laptop yang masih menyala.

"Alda,bangun. Saya pulang".

Suara lembut agak serak itu membangunkan Alda dari mimpinya. Gadis itu mendongak,menatap Haidar yang berdiri di sampingnya dengan tas ransel yang masih menggantung di bahu dan kantung plasti besar di tangannya.

Alda menguap,sembari mengucek matanya untuk mengumpulkan kesadarannya kembali.

"Saya nggak masak ya,udah malam juga. Jadi saya beli makanan aja di luar". Ucapnya sembari berjalan ke arah dapur.

"Duduk dulu,gue mau ngomong". Jawab Alda serius. Mendengar ucapan Alda, Haidar menoleh sekilas. Gadis itu menatapnya bergantian dengan kursi kosong di depannya,meminta Haidar untuk duduk dulu.

Haidar menurut,kemudian duduk di depan Alda dan menatap gadis itu serius. "Ada masalah?". Tanya Haidar tenang.

"Ada! Ada banget! Ehem! Pertama tama gue mau nanya,lo kenal sama yang namanya Haikal Ardian? Apa lo sepupunya atau adiknya? Atau saudara kembar?". Tanya Alda serius. Duduknya kembali tegak,dengan dagu mendongak agak tinggi menampilkan wajahnya yang kembali galak.

"Bukannya Umi sudah bilang kalau saya anak tunggal?".

"Ya iya sih,tapi siapa tahu lo punya saudara kan? Soalnya lo itu-,".

"Saya kenapa?".

"Mirip mantan gue yang udah meninggal". Jawab Alda lirih. Sekilas ia kembali mengingat Haikal. Ia menelisik seluruh inchi wajah Haidar dengan serius,tidak lagi hanya sekilas seperti biasanya. Ia menatap Haidar begitu lama. Mata dan bibirnya mirip sekali dengan Haikal,hal itu yang membuat Haidar begitu mirip dengan Haikal.

Untuk yang pertama kali,Alda melihat wajah Hidar dengan jelas. Wajahnya begitu halus,tanpa jerawat atau kotoran,pertanda bahwa cowok itu sering wudhu dan merawat diri.

Alda kembali tersadar dan gelagapan saat Haidar ikut menatapnya serius.

"Lanjut! Yang kedua,gue-,gue nggak sengaja meluk lo tadi. Reflek! Nggak usah baper". Terang Alda gugup. Haidar yang mendengar itu menahan senyum.

"Kalau baper kenapa? Kan baper sama istri sendiri". Jawabnya santai.

"Nggak boleh,lo tuh nggak boleh baper sama gue begitu juga sebaliknya. Gue anggep pernikahan ini cuma permainan yang suatu saat akan game over! Slesai!". Selaknya galak.

Haidar langsung berubah ekspresi,cowok itu terdiam dengan wajah yang tak lagi teduh seperti tadi. Alda menyadari jika ucapannya barusan keterlaluan. "Maksut gue,itu nggak gitu juga. Pokoknya ya udahlah kita urusin urusan masing masing". Ralatnya.

"Terus yang ketiga,lo yang ngerjain skripsi gue?".

Haidar mengangguk dingin,cowok itu langsung beranjak berdiri dan kembali ke dapur untuk membuka bungkus makanan cepat saji dan memindahnya ke piring.

"Makan,jangan bilang ke Mama kamu kalau saya nggak ngasih makan kamu di sini. Saya nafkahin kamu tanpa kamu sadari". Ujar Haidar dengan nada menekan,lalu menaruh nasi goreng itu di depan Alda agak kasar hingga menimbulkan bunyi nyaring di meja.

Alda terperanjat kaget. Ini kali pertama juga,Haidar mengeluarkan sisi lain dalam dirinya. Alda fikir,Haidar adalah laki laki lemah lembut yang tak bisa marah atau emosi. Well,nyatanya sekarang?

"Mulai besok nggak usah nyiapin gue makan,gue bisa beli makanan di luar!". Tukas Alda kesal.

Gadis itu tak langsung memakan makanannya,ia menunggu Haidar masuk ke dalam kamar untuk berganti baju dan mandi. Sayang juga jika tidak di makan hanya karena gengsi,padahal dirinya sudah kelaparan dari sepulang kuliah tadi.

🌦️🌦️🌦️

SUAMI DARI SURGA (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang