MAAF CHAPTERNYA KE-ACAK
Perjuangan Haidar meluluhkan hati Alda membutuhkan kesabaran ekstra. Bukan karena alasan ia menikahi perempuan yang empat tahun lebih tua darinya.
Tapi ini sebuah amanah,yang harus ia laksanakn meskipun membuatnya haru...
Bukan cinta,tapi terluka jika melihat dirinya dengan orang lain
🌦️🌦️🌦️
Suara berisik telah mengusik Alda di hari minggunya ini. Suara melengking perempuan yang kedengarannya sedang heboh di dapur.
Gadis itu mendesah kesal,mengacak rambutnya lalu menyadarkan dirinya sepenuhnya sebelum melabrak siapa pembuat onar di waktu tenangnya minggu ini.
Setelah sadar sepenuhnya,Alda lalu turun dari tempat tidur,kemudian meraih segelas air putih yang ada di nakas dan membawanya keluar.
Sungguh! Di luar dugaanya,ia fikir suara berisik itu adalah cleaning servis,atau Mama yang pita suaranya sedang rusak,atau ibu mertuanya yang keluar sifat crewetnya. Tapi ini tidak!
Alda berjalan cepat dengan wajah yang sudah tidak bisa di katakan seperti orang bangun tidur. Hatinya sudah dongkol sekali melihat pemandangan pagi ini. Pemandangan,Haidar masak bersama dengan Zahra. Anak kecil yang sok akrab dengannya beberapa minggu yang lalu.
Byyuuuurrr!!!
Segelas air putih itu mendarat dengan tepat di wajah Zahra. Gadis itu terperanjat kaget. Mulutnya menganga menandakan keterkejutannya dengan mata yang masih berkedip kedip,wajah dan hijabnya basah kuyub. Sedangkan Haidar,dirinya hanya membulatkan mata sempurna sembari menatap Alda penuh tanya.
"Lo tahu sopan santun nggak kalau di apartement orang?! Lo tahu ini masih pagi?! Lo tahu kan suara brisik lo ganggu waktu istirahat gue?! Pergi lo dari sini!!! Dan jangan balik lagi! Ngerti lo!".
Alda sudah tak mampu menahan emosinya,jari telunjuknya mengacung ke arah pintu untuk mempersilahkan Zahra keluar dari apartementnya. Saat ini Haidar benar benar tidak bisa di toleril lagi. Membawa perempuan lain masuk ke apartementnya tanpa seidzinnya,membuat kegaduhan dan mengganggu kenyamanannya.
"Dan lo! Lo cuma numpang di sini,di mohon buat nggak sembarangan masukin orang asing ke apartement gue!". Lanjutnya lagi,kini kembali menatap Haidar dengan tatapan mata tajam.
Tanpa Alda sangka,Zahra justru menangis sesegukan menundukkan wajah di hadapannya. Sungguh,hal yang Alda benci adalah perempuan cengeng seperti Zahra ini.
"Ngapain malah nangis?! Kayak bocah aja!". Sentaknya kasar.
Gadis itu kembali ke kamar,ingin kembali tidur sampai siang atau sore seperti kebiasaanya kemarin kemarin. Baru tiga minggu menikah dengan Haidar,kenyamanannya benar benar terusik. Hatinya kembali di ombang ambingkan setelah menemukan tempat yang nyaman yaitu kesendirian. Kehadiran Haidar justru membuatnya tak lagi nyaman dengan kehidupannya yang mulai tertata dengan baik.
Kini,Alda justru harus di ributkan dengan perasaan prasaan anehnya. Perasaan yang tak bisa ia jelaskan tapi begitu mengganggu pikiran.
"Alda". Panggil Haidar pelan. Gadis itu sudah memejamkan mata,kini kembali terbuka hanya dengan mendengar suara lirih Haidar. Alda membalik posisi tidurnya sembari menatap ke arah pintu.
Cowok itu berdiri di ambang pintu,menatapnya dengan tatapan sendu. Mungkin kecewa atas perlakuannya pada Zahra barusan? Atau bahkan marah dan segera men-talaknya? Apalah itu,Alda tak akan perduli.
"Kenapa kamu tega begini? Apa di dalam diri kamu sudah nggak ada hati lagi? Sampai sampai kamu menghardik seseorang nggak pakai hati. Nggak tahu bagaimana sakitnya perasaan orang yang kamu kata katai barusan kan?". Tanyanya serius.
Alda terperanjat,kini ia beranjak bangun dan menatap Haidar penuh tanya. "Coba ulang? Lo ngomong apa barusan?". Ucap Alda setengah bercanda. "Lo bilang gue nggak punya hati?". Lanjutnya lagi,di susul dengan tawaan meremehkan.
"Iya,kamu nggak punya hati. Saya fikir,kamu cuek,kamu kasar sama saya karena kamu marah dan nggak bisa menerima saya sebagai suami kamu. Ternyata dengan orang lain pun kamu begitu,apa namanya kalau bukan nggak punya hati?". Jawabnya santai tapi serius,kini Haidar melipat kedua tangannya di depan dada dan bersandar di pintu.
"Tau apa lo soal hati gue? Lo nggak tahu kan keadaan hati gue? Jadi nggak usah ngambil kesimpulan gue nggak punya hati kalau lo aja nggak tahu gimana keadaan hati gue!". Ucapnya ketus.
Haidar tersenyum singkat,tepatnya tersenyum meremehkan,seolah tak percaya dengan apa yang ia hadapi sekarang. Perempuan keras yang jauh di luar dugaanya. Haidar fikir,mudah meluluhkan hati Alda,namun nyatanya?
"Zahra kesini bantuin saya bikin kue ulang tahun. Kamu bahkan nggak inget hari ulang tahunmu sendiri,jadi wajar kalau saya bilang kamu nggak punya hati. Karena buat mencintai diri kamu sendiri dengan mengingat hari spesial mu aja kamu nggak bisa".
Setelah itu,Haidar berlalu pergi,entah kemana. Namun kalimat terakhir Haidar membuat Alda terdiam seketika. Gadis itu termenung mengulang ucapan Haidar di kepalanya. Kemudian membuka tanggalan di ponselnya dan memastikan apakah benar hari ini adalah hari ulang tahunnya atau tidak.
Alda menutup mulutnya untuk menutupi keterkejutannya. Tanggal 14,tanggal ulang tahunnya. Bahkan dirinya sendiri lupa bahwa ia ulang tahun hari ini.
Setelah sekian lama,akhirnya air matanya kini lolos juga. Entah apa yang membuatnya menyesal pagi ini. Tidurnya yang terganggu,telah membentak dan berbicara kasar dengan Zahra dan Haidar,atau menerima kenyataan bahwa dirinya memang benar benar tak punya hati seperti apa yang di katakan Haidar tadi.
Gadis itu melangkah cepat menuju dapur,memastikan apakah benar Haidar sedang membuat kue ulang tahun untuknya atau tidak.
Dan benar! Kue ulang tahun blackforest bertuliskan 'Happy Birthday Istriku' tergeletak mengenaskan di meja dapur dengan hiasan yang belum selesai sepenuhnya.
Kaki Alda melemas,rasanya semuanya memang harus ia sesali,baik mengusir Zahra ataupun mengatai Haidar dengan kasarnya. Pasti Haidar terluka mendengar ucapan menyakitkan yang ia lontarkan tadi.
"Astaga Alda! Sejak kapan lo jadi nggak punya hati begini? Sejak kapan lo pinter nyakitin orang lain?". Ujarnya merutuki dirinya sendiri.
Entah harus bahagia atau sedih,karena di sisi lain selama enam tahun belakangan ini tak ada yang ingat ulang tahunnya. Bahkan sekedar memberinya kue ulang tahun agar dirinya merasa berharga pun tidak. Mama,Papa,yang membanggakan diri seolah berhasil membahagiakannya dengan memberikan materi,nyatanya tak pernah ingat ulang tahunnya.
Dulu,hanya Haikal yang memberinya supraise. Entah memberi cup cake ,atau mengajak Alda jalan jalan ke Monas. Yang jelas,hanya Haikal yang ingat ulang tahunnya.
Sekarang,Haidar. Entah darimana cowok itu tahu hari ulang tahunnya,tapi Alda menyesali apa yang telah ia lakukan pada Haidar.
Gadis itu celingukan,mencari keberadaan Haidar. Namun sepertinya cowok itu sudah tidak ada di apartementnya.
Alda kembali ke kamar untuk mengambil ponselnya dan menelpon Haidar. Tapi hatinya kembali di buat menyesal,saat baru mengingat bahwa ia tak memiliki nomor suaminya sendiri.
Alda tersenyum sendu, "Bener kata Haidar,gue nggak punya hati". Ujarnya meremehkan dirinya sendiri
🌦️🌦️🌦️
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.