🌦️🌦️🌦️
Satu bulan berlalu,akhirnya kasus Everin akan naik ke persidangan perdana pagi ini. Alda harap harap cemas,jika nantinya pengacara yang orang tua Reikal sewa lebih handal dan bisa mencari alibi untuk menyelamatkan cowok itu dari tuntutan. Ia sendiri juga baru kali ini akan menjalani sidang secara nyata. Dulu hanya KKN dan praktek saja di kampus.
Alda terduduk lesu di sofa ruang tv. Tv itu menyala dan menyiarkan berita terbaru pagi ini,tapi ia sama sekali tak berminat melihatnya. Fikirannya terlalu jauh pergi kemana mana,memikirkan kemungkinan buruk yang akan terjadi. Bahkan dalam hal sesulit ini pun,Everin hanya di temani oleh sang Mama.
"Di minum dulu tehnya". Ucap Haidar tiba tiba sembari menyodorkan secangkir teh hangat.
"Aku takut Mas,takut gagal dan nggak bisa membela Everin". Ujar Alda penuh kecemasan. Haidar paham akan perasaan Alda,ia pun ikut duduk sembari merangkulkan tangannya di bahu Alda.
"Ini tuh tantangan Alda,kalau gagal berarti kamu harus coba lagi. Dan kalau kamu berhasil,pasti di depan akan ada kasus yang lebih sulit lagi. Kayak kasus pembunuhan misterius,atau kasus kasus lain yang penuh teka teki. Ingat ya pesan saya,bela yang benar. Jika seseorang membayarmu untuk meminta pembelaan atas kesalahannya,jangan kamu terima meski uang itu akan cukup untuk menghidupu tujuh turunanmu".
Alda mengangguk paham,sekarang kepalanya ia sandarkan di dada Haidar. Ia mencari kenyamanan,sebelum nantinya mungkin saat menghadapi kenyataan ia kalah,Haidar tak di sisinya.
"Mas,kalau aku menang. Kamu mau ngasih hadiah aku nggak? Apa gitu sesuatu yang bisa bikin aku bangga sama diriku sendiri dan bangga udah punya kamu?".
Haidar mendongakkan kepala,menatap ke langit langit ruangan untuk memikirkan permintaan Alda. "Alda mau minta apa dari saya? Jangan yang mahal mahal ya? Tapi kalaupun mahal saya usahakan,walau agak lama terwujudnya".
"Em-,apa ya?". Ujarnya ikut berfikir.
"Aku pengen,di rumah baru kita nanti kamu yang design kamar kita,khusus kamar kita. Kalau ruangan lain,biar aku".
"Kenapa gitu?".
"Ya-,biar pas kamu pergi kerja,atau kamu nggak pulang pulang aku tetap merasa hangat kamu peluk karena di dalam kamar itu ada seluruh cinta kamu yang kamu curahin lewat sentuhan tangan kamu pas kamu design kamar itu".
Haidar manggut manggut tersenyum. Seketika,ada ide brilian yang muncul di kepalanya.
"Oke,deal ya?".
"Iya deal". Keduanya berjabat tangan.
"Saya masak ayam goreng rempah kesukaan Alda. Alda mau bawa buat bekal?".
"Iya mau,nasinya yang banyak".
Haidar mengangguk,lalu bangkit dari duduknya dan menyiapkan bekal untuk Alda.
Manik mata Alda menatap lurus ke arah Haidar yang tengah sibuk menyiapkannya bekal. Ia tersenyum meremehkan dirinya sendiri. Dimana mana,istri yang nyiapin bekal suami,istri juga yang nyiapin segala keperluan suami. Tapi kenyataanya sekarang? Justru Haidar yang selalu sibuk melayani segala keperluannya.
Alda sendiri bingung,kenapa konsep rumah tangganya tidak berjalan seperti rumah tangga lainnya. Sedangkan Haidar yang punya hak untuk protes nyatanya tidak pernah protes.
"Ini ayam goreng rempahnya saya pisah dari tempat nasi,supaya nggak ilang crispy nya. Terus ada susu prenagen rasa strawberry buat progam hamil kamu,kalau nanti di kantor bisa di taruh pendingin biar enak di minumnya,terus ada sama buah pisang juga". Ujar Haidar menjelaskan apa yang ada di dalam kantung bekal itu. Alda melongo menatap suaminya begitu detail menjelaskan seperti orang yang sudah paham di bidang healty food.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMI DARI SURGA (TAMAT)
De TodoMAAF CHAPTERNYA KE-ACAK Perjuangan Haidar meluluhkan hati Alda membutuhkan kesabaran ekstra. Bukan karena alasan ia menikahi perempuan yang empat tahun lebih tua darinya. Tapi ini sebuah amanah,yang harus ia laksanakn meskipun membuatnya haru...