Di mulmed foto Haikal sama Haidar ya 👆. Karena ngga bisa di upload biasa di bawah.Maaf lama nunggunya. Karena author lagi di landa kebimbangan soal Haikal hehe
🌦️🌦️🌦️
"Hoeekk!" . "Hoekk!".
Entah sudah yang keberapa kali Alda memuntahkan isi perutnya yang sebenarnya kosong.
Gadis itu sudah mulai memasuki masa mual mual dan tidak bisa mencium bau sesuatu yang menyengat. Termasuk sekarang,bau bekas luka kaki Haidar yang beberapa hari lalu di amputasi.
Haidar sendiri bingung,ingin marah dan sedih atas dirinya sendiri. Ia tak bisa siaga seperti dulu untuk membantu Alda dalam keadaan gawat seperti ini.
Matanya berkaca kaca,menatap pintu kamar sembari mendengarkan istrinya begitu tersiksa di dalam toilet sendirian untuk mengeluarkan rasa mualnya.
"Alda baik?". Tanyanya agak kencang dari dalam kamar.
"Nggak apa apa Mas,cuma mual aja". Ujarnya pura pura. Padahal di dalam toilet,ia sudah menangis sesegukan meringkuk memeluk dirinya sendiri. Bukan ini yang ia mau sekarang,tapi Allah suka sekali mempermainkan perasaannya. Di saat dirinya mulai bersyukur memiliki seseorang,kenapa Allah memperlihatkan kekurangannya?
"Mama,Alda pengen pulang hiks!". Rintihnya tak kuasa menahan tangis.
Di tengah isak tangisnya,tiba tiba ponsel berdering mengagetkan Alda. Tertera nomor tak di kenal tapi Alda tahu itu siapa.
"Al aku kangen".
Tut!
Hanya satu kalimat itu,lalu sambungan terputus. Membuat Alda semakin di landa kebimbangan. Alda takut darah,Alda juga takut bercah kulit bercampur darah seperti luka Haidar saat ini. Luka suaminya belum kering,justru memasuki masa pemulihan dimana luka itu sedang berbau dan mengeluarkan cairan seperti nanah.
"Alda,saya susul ya? Saya takut kamu kenapa kenapa di toilet".
Suara itu langsung membuat Alda bangkit,ia mengusap air matanya dan bergegas keluar dari toilet.
"Aku nggak apa apa Mas". Jawab gadis itu setelah sampai kamar. Perutnya bereaksi kembali saat ia kembali mencium bau anyir dari luka Haidar. Namun Alda berusaha menahannya agar Haidar tidak merasa bersedih.
"Wajah Alda pucet sekali Al. Udah minum obat belum?". Tanya Haidar khawatir. Alda yang berdiri mematung di ambang pintu membuat Haidar semakin khawatir,apalagi wajah istrinya itu begitu pucat. Alda benar benar sakit.
"Saya nempatin rumah barunya dulu ya? Kayaknya kamu begini karena saya. Nggak apa apa kita pisah rumah dulu". Putus Haidar akhirnya.
Cowok itu bangkit,mengambil alat bantu jalannya dan mulai mendekati Alda yang berdiri di ambang pintu.
"Enggak Mas,enggak! Kamu di sini aja,ngapain pisah sama aku? Justru kamu butuh perawatan lebih ekstra biar cepat pulih!". Cegah Alda sembari memegangi lengan Haidar.
"Saya nggak ada gunanya buat kamu Al. Apalagi kamu sedang hamil,harusnya saya yang selalu menuruti apa mau kamu,bukan sebaliknya". Sanggah Haidar menahan tangis. Sorot mata keduanya bertemu,mereka saling menahan tangis,saling pura pura tegar agar terlihat sama sama kuat. Padahal keduanya juga sedang sama sama rapuh.
"Apa kamu nggak merasa semakin bersalah,kalau masa masa aku kaya gini,kamu ninggalin aku dan milih ke rumah baru kita sendirian? Kalau kamu kesana,aku ikut! Rumah ini nggak akan bernyawa kalau nggak ada kamu". Bujuk Alda yang kini sudah tak mampu menahan air matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMI DARI SURGA (TAMAT)
De TodoMAAF CHAPTERNYA KE-ACAK Perjuangan Haidar meluluhkan hati Alda membutuhkan kesabaran ekstra. Bukan karena alasan ia menikahi perempuan yang empat tahun lebih tua darinya. Tapi ini sebuah amanah,yang harus ia laksanakn meskipun membuatnya haru...