SDS | 12 |

940 65 0
                                    


🌦️🌦️🌦️

      "Gue nggak mau Kal".

      "Kalau ada apa apa gue tanggung jawab Al,lagi pula ini pakai pengaman,jadi mustahil buat bisa hamil".

      "Nggak ah Kal,ini belum waktunya. Kita belum boleh kayak gini".

 
     "Sekarang gue beri pilihan deh,lo mau gue pake cara lembut apa kasar".

     "Kal jangan,gue nggak mau! Jangan maksa!".

     "Alda,bangun Alda. Hey kamu ngigau". Hidar menepuk pipi Alda pelan untuk menyadarkan gadis itu. Alda mimpi buruk hingga membuatnya mengigau.

     Alda membuka mata,refleks langsung bangun dan memeluk Haidar yang saat itu orang pertama yang ada di dekat Alda. Biasanya,saat mimpi buruk Alda akan memeluk dirinya sendiri setelah sadar atau memeluk guling. Kini,saat Haidar berada di depan matanya dengan wajah khawatir membuat Alda tak kuasa menahan diri untuk tidak memeluk cowok itu.

     "Suhu badan kamu panas Al,saya ambilin termometer dulu". Ujarnya sembari mencoba melepaskan Alda dari dirinya.

      Alda mengeratkan pelukannya sembari menggeleng kuat "Jangan,di sini aja temenin gue". Ucapnya sendu.

     "Saya cuma ngambil termometer di kotak obat".

      "Nggak usah,gue nggak apa apa".

       "Nggak apa apa gimana? Kamu panas tinggi Al,pasti trauma karena kejadian semalem".

       Dengan berat hati,Alda melepas pelukannya dan membiarkan Haidar pergi keluar kamar untuk mengambil termometer. Tak lama,cowok itu kembali membawa sebaskom air dan handuk serta termometer.

      "Di cek dulu ya suhunya,kalau nanti di kompres nggak turun,kita ke dokter". Ucapnya serius sembari menempelkan termometer ke tubuh Alda.

      "Nggak mau ke dokter". Keluhnya sedih. Wajah alda benar benar membuat Haidar merasa kasihan. Mimpi buruk sampai mengigau memanggil nama Haikal bukan pertama kali ini Haidar lihat,tapi sering sekali.

     "Kalau sakit masak nggak mau ke dokter?".

     Alda hanya menggeleng pelan,lalu menatap Haidar yang tengah serius mengecek angka di termometer tersebut. "39.5 suhunya". Lanjutnya.

     Alda lalu kembali berbaring di tempat tidur sembari melihat Haidar yang begitu cekatan memeras handuk basah dari baskom lalu di tempelkan di dahinya.

     "Udah mau subuh,saya boleh ke Masjid?". Tanyanya lembut. Lagi lagi hanya di jawab denga gelengan kepala layaknya anak kecil yang tidak mau di tinggal oleh orang tuanya.

      "Saya harus ke Masjid Alda,saya sehat nggak sakit nggak ada halangan. Pantang buat seorang lelaki untuk nggak sholat jama'ah di Masjid".  Jelasnya pelan.

       "Istri lo di rumah sendiri,lagi sakit,itu termasuk halangan kan? Lo tega ninggal gue sendiri di apartement?". Ujarnya kesal lalu berusaha melepas kompresan itu dari dahinya,namun Haidar lebih dulu menahannya.

       "Jangan di lepas,nanti nggak reda reda".

        "Abis lo ngeselin!".

         "Apa saya telpon Mama kamu biar kesini? Kan nggak terlalu jauh dari rumah Mama ke apartement".

       "Lo kan tahu,gue diemin Mama Papa dari sebelum kita nikah. Lo nggak inget gue marah sama mereka?".

      Haidar memutar otak,kembali berfikir lagi sembari melirik jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul 03.45 WIB. Biasanya ia berangkat jam setengah empat atau jam tiga untuk sholat tahajjud dulu dan sholat fajar di Masjid sebelum sholat subuh berjamaah di laksanakan. Tapi kini telat karena Alda yang tiba tiba mimpi buruk dan suhu badannya panas tinggi.

SUAMI DARI SURGA (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang