MAAF CHAPTERNYA KE-ACAK
Perjuangan Haidar meluluhkan hati Alda membutuhkan kesabaran ekstra. Bukan karena alasan ia menikahi perempuan yang empat tahun lebih tua darinya.
Tapi ini sebuah amanah,yang harus ia laksanakn meskipun membuatnya haru...
Jantung Haidar berdegup kencang. Memasuki aparementnya sendiri serasa memasuki kandang macan. Ia sudah tahu apa yang terjadi dengan Alda,pasti gadis itu kecewa berat dengannya. Pulang dari masjid dengan album foto yang sudah terbuka semua di ruang tamu membuat Haidar shyok dan langsung mencari Alda kedalam,namun saat bertanya dengan Umi yang masih tadarus,katanya Alda di ruang tamu mau minta fotonya waktu kecil.
"Umiiii,Alda jadi tahu dong kalau Haikal Kakak aku". Ucapnya tadi penuh penyesalan.
Umi juga lupa,kalau beliau harus menyembunyikan identitas Haikal di depan Alda. Umi tahu semua hal yang pernah Alda dan Haikal jalani,hal itu membuat Umi setuju untuk ikut tutup mulut soal Haikal.
Ting tung..
Tak ada sahutan,Haidar langsung membuka pintu yang ternyata tidak di kunci. Saat masuk,ia sudah melihat sepatu Alda yang berserakan,serta baju kerja yang di lepas dan di buang di sembarang tempat. Gadis itu hanya mengenakan tanktop dan hotpants,lalu duduk terdiam menghadap kaca besar yang menyuguhkan pemandangan kota Jakarta.
Haidar berjalan cepat,langsung menghabur ke pelukan Alda. "Alda Alda,maafin saya". Ucpanya menyesal.
"Nggak Alda,maafin saya dulu,baru saya mau lepasin". Kekeuh cowok itu.
Alda tak memberontak,ia membiarkan Haidar memeluknya dengan posisi membungkuk bertumpu pada lutut. Sedangkan dirinya,masih tetap memeluk kedua lututnya. Merasa sangat kecewa dengan Haidar.
"Brengsek ya lo,Kakaknya ngehancurin masa depan gue,adiknya ngehancurin kepercayaan gue. Huh,hebat kalian berdua".
"Nggak gitu Alda,saya bisa jelasin. Saya akan jelasin semua dari awal asal kamu mau mendengarkan".
Tanpa aba aba,Alda menghempas tubuh Haidar hingga cowok itu jatuh terpelanting ke belakang. Ia lalu berdiri dan duduk di sofa ruang tamu. Duduk seperti semula saat ia masih nakal,satu kakinya di angkat ke atas.
"Gue nggak mau denger penjelasan apapun dari cowok cowok bulshit kayak lo dan Kakak lo! Gue nggak habis fikir,seorang cowok kayak lo yang notabennya alim,lulusan pesantren,mau hafiz quran,ternyata suka bohong. Terus buat apa semua amalan yang lo kumpulin?! Ha!".
Haidar terdiam menunduk,benar benar merasa bersalah. Entah karena telah membohongi Alda,ataupun merasa gagal menjalankan amanahnya.
Cowok itu ikut duduk di sofa,pandangannya menatap lurus ke arah jam dinding yang ada di atas tv. Dirinya diam cukup lama,membiarkan Alda lebih tenang dan mampu mengontrol emosinya.
"Bahkan gue udah nggak bisa nangis buat ngungkapin rasa kecewa gue sama lo! Air mata gue udah abis buat nangisin Kakak lo sepanjang malem selama enam tahun Dar!". Ucap Alda menggebu. Dadanya sesak,tangisnya terisak,tapi air matanya sudah tak bisa keluar sama sekali.
"Jadi ini,alesan lo maksa gue buat jadi istri lo? Lo mau bales dendam apa gimana?". Lanjut Alda.
Haidar menghela nafas panjang,membaca bismillah dalam hati dan berdoa supaya Alda paham mengapa dirinya melakukan ini semua.
"Enam tahun lalu,saya mendapat Kabar bahwa Kakak satu satunya yang saya miliki kritis di UGD. Kata Papa,Haikal sekarat akibat overdosis narkoba di kost-nya. Saat itu saya sudah persiapan masuk SMP,saya ingin sekolah di SMP favorit yang ada di kota Bandung. Tapi itu semua saya urungkan karena saya memilih masuk pondok demi Umi dan Haikal. Saat Haikal menjemput ajal,dia bilang sama saya 'Haidar harus jadi anak yang baik,yang soleh,yang selalu jaga Umi,biar kita nggak pernah serumah dan jarang ketemu,Kakak selalu sayang sama Haidar. Jangan jadi anak brengsek kayak Kakak,cowok bajingan kayak Kakak".
Ucapan Haidar terjeda,merasa sesak saat kembali mengingat bagaimana Haikal menghadapi ajalnya dulu. Cowok itu sudah berkaca kaca,ingin menangis namun ia tahan. Ia tak boleh terlihat lemah di hadapan Alda,ini salahnya dan tidak seharusnya Haidar yang terlihat lemah,padahal Alda yang sangat tersakiti atas kebohongannya.
"Kakak ngehancurin anak orang,Kakak nyakitin dia dan Kakak nggak akan sempet minta maaf dan bersimpuh di kakinya. Kalau suatu saat Haidar ketemu sama dia,tolong sampaikan maaf Kakak karena udah bikin dia jadi orang paling hancur saat ini. Kakak berdosa,sampein maaf kakak ke Papa dan Umi ya". Lanjutnya lagi,
Alda tambah menangis mendengar Haidar mengucapkan kalimat terakhir Haikal. Dari suaranya,cara berbicaranya,begitu mirip dengan Haikal dulu.
"Saya bertekad menjadi anak yang soleh,karena tumpuan Papa dan Umi cuma saya. Udah nggak ada harapan dari Haikal,Haikal memupuskan harapan Papa dan Umi menjadi orang tua bersahil dalam mendidik anak di saat mereka sudah bercerai. Dulu saya belum tahu kamu,hanya sebatas dengar Umi bilang soal kamu waktu ngobrol sama Papa sepeninggal Haikal".
"Gue aja nggak tau gimana wajah bokap sama nyokapnya Haikal dulu,karena dia emang ngekost dan nggak ada satu pun foto keluarga yang dilihatin ke gue". Ucapnya menyela cerita Haidar. Alda tetap menangis sesegukan,kali ini air matanya keluar,entah untuk siapa dan karena apa. Semua cerita Haidar begitu menyakitkan di dengar.
"Ya,saya akui saya memang suka dengan Zahra dulu. Waktu kita karantina di Amsterdam,tapi setelah nggak sengaja nemuin ponsel Haikal di kamar Umi dan aktifin ponselnya,pertama kali yang muncul itu walpaper wajah kamu. Cantik,manis,pakai seragam SMA dengan rambut di gerai indah. Terus saya berfikir,kenapa nggak saya menemui kamu dan menebus semua kesalahan Haikal sama kamu dengan cara nikahin kamu dan bikin kamu bahagia? ".
"Berarti lo nikah sama gue karena mau nebus kesalahannya Haikal?".
"Enggak sepenuhnya,di sisi lain perempuan seperti kamu harus ada pegangan buat hidup. Saya tahu kamu rapuh dan depresi,saya tahu kamu menutup hati buat siapapun,karena Haikal terlalu membekas di hati kamu,dan saat beberapa kali ketemu kamu,jantung saya deg deg an,ada rasa aneh yang nggak saya rasain waktu sama Zahra".
"Tapi apa lo tau? Apa yang bikin gue nggak bisa lepas dari bayang bayang Haikal?". Tanya Alda serius,
"Apa?".
"Dia nanamin janin di rahim gue,dan dia juga yang membunuhnya".
Deghh...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.